“Diwaspadai penyerangan bom tersebut dikarenakan dengan menjelangnya tahun baru dan natal,” imbuhnya.
Terakhir, menurut Tayyip Malik, kelompok yang melakukan aksi penyerangan ini tidak hanya diindikasi terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Kelompok atau orang yang dibalik aksi pengeboman yang terjadi di Mapolrestabes Medan tersebut juga bisa terafiliasi dengan jaringan-jaringan yang lain, contohnya seperti ISIS yang ada di Suriah.
Menurut Tayyip Malik, pemahaman antara yang terafiliasi dengan JAD atau ISIS mempunyai ideologi yang berbeda.
Jadi dalam kasus peristiwa bom Medan tersebut, bisa saja ini dikaitkan dengan JAD atau bahkan Isis.
Dalam akhir wawancaranya bersama Tribunnews, Tayyip Malik juga menduga tersangka pengeboman Mapolrestabes Medan, RMN tidak berjalan sendiri, ada aktor intelektual di balik peristiwa tersebut.
Thayep menilai, perakitan atau pembuatan bom yang dibawa tersangka RMN, tidak dibuat sendiri oleh RNM.
“Tersangka masih usia muda, dugaan saya dalam kasus bom tersebut, bom yang melekat di tubuh RMN adalah bom yang tidak dirakit olehnya."
"Saya menduga RMN tidak mempunyai kemampuan untuk merakit bom, dan pasti ada orang lain yang merakitnya,” imbuh Tayyip Malik.
Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, RMN berusia 24 tahun, lahir di Medan, dan statusnya sebagai mahasiswa.
Baca: Pelaku Bom Bunuh Diri di Medan Disebut Masih Mahasiswa, Teman Beberkan Riwayat Pendidikan Sebenarnya
Menurutnya, RMN hanya mahasiswa yang menggunakan seragam ojek online untuk penyamaran.
"Pakaian ojol hanya penyamaran, seperti yang saya katakan, pelaku adalah mahasiswa," tegas Dedi, Rabu (13/11/2019) di Mabes Polri, Jakarta, dialansir dari YouTube KOMPASTV.
Identitas pelaku tersebut didapat dari hasil olah TKP, yang dilakukan oleh anggota Detasemen Khusus (densus) 88 bersama Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis), dan laboratorium forensik (labfor).
Ia mengatakan, Densus 88 saat ini tengah melakukan penggeledahan di rumah pelaku.