"Berdasarkan hasil penelitian yang ada, secara umum kerokan dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan untuk kasus pegal-pegal atau tidak enak badan," jelasnya pada Tribunnews.com, Rabu (20/11/2019), dalam keterangan tertulis.
Fiarry menambahkan, ada hal yang perlu diwaspadai saat menggunakan terapi pengobatan kerokan.
Ia menyampaikan, teknik pengerokan harus dipastikan tidak menyebabkan luka.
"Teknik pengerokan tidak boleh terlalu kasar hingga menyebabkan luka pada area yang dikerok," tutur Fiarry.
Ia menambahkan, pasien harus dipastikan tidak alergi pada minyak yang digunakan sebagai pelicin saat kerokan.
Cara Kerja dan Manfaat Kerokan
Kerokan merupakan terapi pengobatan tradisional di Indonesia yang masih populer hingga saat ini.
Dikutip dari sains.kompas.com, kerokan termasuk terapi yang dermabrasive (merusak kulit).
Meskipun demikian, kerokan mampu menyembuhkan gejala masuk angin, seperti mual, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan pusing.
Terkadang, reaksi ini hanya terjadi di beberapa bagian tubuh yang spesifik seperti leher dan bagian belakang tubuh.
Kerokan berguna untuk memanaskan tubuh dengan menggosok/mengerok bagian tubuh yang terasa dingin.
Kulit yang digosok akan terbuka dan menghasilkan tanda merah karena pembuluh darah di bawahnya rusak.
Namun, reaksi ini memungkinkan kulit untuk menerima lebih banyak oksigen dalam pembuluh darah untuk kemudian menetralkan zat beracun yang ada di dalam tubuh.
Kenyataannya, kerokan memang bukanlah cara yang efektif meningkatkan panas tubuh jika dibandingkan dengan minum air hangat atau ramuan herbal seperti air jahe.