TRIBUNNEWS.COM - Pada Kamis 21 November 2019, Presiden Joko Widodo resmi menunjuk staf khusus Presiden di Istana Negara.
Pukul 16.30 WIB, pihak istana tampak telah menyiapkan tujuh tempat duduk bean bag berwarna warni yang diletakkan di bagian teras.
Bean bag warna warni tersebut kemudian diduduki staf khusus presiden saat diperkenalkan oleh Jokowi.
Jokowi mengungkapkan dia memilih para pemuda milenial karena ia butuh gagasan segar dari para kaum muda.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah sosok wanita muda Angkie Yudistia.
Angkie Yudistia adalah perempuan berusia 32 tahun yang menyandang diabilitas.
Dia aktif bergerak di bidang sosiopreneur, dirinya aktif mengembangkan beberapa bisnis.
Ia aktif sebagai anggota Asia-Pacific Federation of the Hard of Hearing and Deafened dan juga menjadi anggota International Federation of Hard of Hearing Young People.
Ketika Jokowi memperkenalkan 7 staf khusus Istana negara, beliau meminta secara khusus kepada Angkie untuk menjadi juru bicara Presiden di bidang sosial.
Angkie dikenal sebagai anak muda penyandang disabilitas yang berpengaruh di Indonesia.
Angkie Yudistia lahir pada tanggal 5 Juni 1987 di Kota Medan.
Sejak usia 10 tahun dia telah kehilangan pendengarannya, hal ini diduga karena ia sempat tak terlepas dari antiniotik saat malaria.
“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie saat ditemui Kompas.com di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, 1 Maret 2017.
Angkie memasuki pendidikan taman kanak-kanak di Kota Ambon.