News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ahok Masuk BUMN

Ahok Disebut Mendapatkan Gaji Rp 3,2 Miliar, Pertamina: Itu Hoaks

Penulis: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019). Kehadiran Ahok di Kementerian BUMN untuk menerima surat keputusan (SK) menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Tribunnews/Jeprima

Basuki Trikora Putra mengatakan, angka itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Bahkan, dirinya tidak mengetahui dari mana perhitungan hingga dapat menghasilkan angka Rp 3,2 miliar per bulan tersebut.

"Itu angka yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kita juga tidak tahu dari mana angka sebesar itu," paparnya.

Djarot Pertanyakan Mengapa Ahok Harus Mundur dari Partai

Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mempertanyakan aturan mana yang mengharuskan Ahok untuk mundur kader partai.

Sebab, aturan yang ada tidak mengharuskan Ahok untuk mundur lantaran ia bukan pengurus partai.

Djarot mempertanyakan kenapa hanya Ahok yang disorot untuk mundur sebagai kader partai seusai menjabat Komisaris Utama PT Pertamina.

Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat di Wisma Kinasih, Tapos, Depok, Jawa Barat, Jumat (22/11/2019). (Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda)

"Ikuti saja aturannya. Kalau kami sih, secara partai selalu dididik ikuti aturan hukum. Sepengetahuan kami, ada juga kok beberapa komisaris juga anggota partai, kenapa hanya diberlakukan pada Ahok misalnya, ada apa?" ujar Djarot di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Djarot pun menegaskan, Ahok akan profesional selama menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).

Ia yakin Ahok tak campur aduk urusan partai dengan kepentingan sebagai komisaris utama.

"Saya yakin dia tidak akan mungkin mencampuradukkan sebagai anggota partai dan dia sebagai komisaris utama. Beda urusannya," ujarnya.

Djarot tidak masalah ada yang meragukan rekam jejak Ahok.

Menurutnya tanggapan-tanggapan demikian merupakan hal yang biasa.

"Silakan saja, silakan. Melakukan atau tidak, silakan. Ada yang memperkuat, biasa itu," ujar Djarot.

(Tribunnews.com/Whiesa/Widyadewi Metta/chaerul umam) (Kompas.com/Fika Nurul Ulya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini