TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sindir oknum-oknum yang gemar impor bahan baku.
Hal itu Jokowi sampaikan saat dirinya menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Ia menilai, current account deficit terganggu akibat ketergantungan pada impor yang berimbas pada tingginya harga komoditas barang.
Ketergantungan impor belum dapat dikurangi karena ada beberapa perusahaan yang sering impor.
"Kenapa (pengurangan impor) lama tidak kita lakukan? Ya karena kita senang impor. Siapa yang impor? Ya orang-orang yang senang impor, bapak ibu saya kira tahu semuanya."
"Ada yang senang impor dan tidak mau diganggu impornya, baik itu minyak baik itu LPG. Ini mau saya ganggu," paparnya dilansir dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/11/2019).
Jokowi juga akan menindaklanjuti oknum-oknum yang gemar mengimpor tadi apabila tidak berhenti mengimpor.
Impor yang besar atas energi seperti minyak dan gas tersebut dapat mengganggu volatilitas rupiah.
"Inilah yang menganggu volatilits rupiah, pertumbuhan ekonomi dan current eccount deficit kita," katanya.
Jokowi tidak melarang impor bahkan baku, akan tetapi produk yang berasal dari bahan baku impor nantinya harus bisa diekspor.
Dalam pertemuan yang bertema Sinergi, Transformasi, Inovasi, Menuju Indonesia ini Jokowi memaparkan saat ini Indonesia memang sering mengekspor bahan-bahan mentah.
"Sekarang ini yang banyak kita ekspor adalah bahan-bahan mentah, yakni timah, bauksit, nikel, dan batubara," kata Jokowi.
Namun, apabila Indonesia mampu mengolah bahan mentah dan mengekspornya dalam barang jadi atau setengah jadi akan menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia.
Selain menambah pendapatan ekonomi Indonesia, juga dapat menciptakan lapangan kerja.
Demikian juga dengan produk kelapa sawit yang dapat diolah menjadi biodiesel, dan nikel, mangan, serta cobalt yang produk turunannya bisa menjadi bahan untuk lithium baterai.
Selanjutnya pemerintah akan mengatur strategi agar Indonesia dapat menjadi pemain besar penghasil produksi lithium baterai dunia.
Hal itu dilakukan karena kedepannya masyarakat akan lebih banyak menggunakan mobil listrik dibandingkan mobil yang memakai energi fosil.
Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan tiga hal yang perlu dilakukan di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian.
Selain kemampuan bertahan dari tekanan eksternal, menurut Jokowi upaya yang dilakukan untuk mengejar transformasi ekonomi yakni, mencari sumber-sumber pendapatan ekonomi baru.
Pengembangan destinasi pariwisata baru juga akan dilakukan Jokowi.
Saat ini pemerintah sedang mengerjakan 10 destinasi wisata baru, di antaranya Labuan Bajo, Mandalika, Borobudur, Danau Toba, dan Manado yang ditargetkan selesai pada 2020.
"Airport, terminal, runway, diperpanjang semuanya, jalan menuju tempat-tempat wisata dikerjakan semuanya. Saya cek terus," ucapnya.
Jokowi berharap, adanya destinasi wisata baru dapat menambah devisa negara.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)