News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Pendidikan Soroti Budaya Baca Siswa Indonesia di Sekolah

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Anak-anak membaca buku di Ruang Perpustakaan, RPTRA Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (4/4/2019). Untuk menumbuhkan generasi cerdas dan gemar membaca serta masyarakat sadar literasi, Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta bekerja sama dengan Jakarta Library menggelar gerakan Baca Jakarta untuk anak-anak usia 7 hingga 12 tahun yang berlangsung hingga 30 April mendatang. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pendidikan, Jimmy Paat, menyoroti rendahnya rangking Indonesia pada peringkat Program Penilaian Pelajar Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis OECD.

Menurut Jimmy, tanpa PISA sekalipun, sebenarnya sudah dapat diketahui pendidikan di Indonesia masih lemah.

"Tanpa PISA kita juga tahu pendidikan kita lemah," ujar Jimmy saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (4/12/2019).

Jimmy menyoroti rendahnya budaya membaca di Indonesia.

Menurut Jimmy, selama ini sekolah di Indonesia tidak pernah menanamkan budaya membaca kepada siswanya.

Menurut Jimmy, untuk dapat mengetahui minat baca siswa dapat diketahui dari ramainya perpustakaan pada sekolah tersebut.

Baca: Cristiano Ronaldo Bantah Telah Menikah dengan sang Pacar yang Telah Memberinya Seorang Putri

Jimmy mengungkapkan selama ini perpustakaan pada sekolah di Indonesia selalu sepi.

"Bagaimana kemampuan membaca kalau di sekolah tidak ada kebiasaan membaca. Sekarang apa sih rujukan bahwa di negara kita ada budaya membaca? Perpustakaannya ramai. Sekarang cari sekolahan top yang perpustakaannya ramai. Itu kan jarang," kata Jimmy.

Menurut Jimmy, selama ini guru tidak pernah membiasakan siswanya untuk menyukai bahan bacaan.

Padahal menurutnya yang paling penting adalah meningkatkan kesukaan seorang anak pada membaca.

Setelah suka, anak akan membaca buku tanpa paksaan atau ajakan dari guru.

Baca: Kemendikbud: Kultur Belajar Harus Diubah untuk Meningkatkan Minat Baca

Jimmy mengajak guru untuk membacakan buku cerita ringan kepada siswa bahkan sejak belum bisa membaca.

Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan minat baca hingga dewasa.

"Diperkenalkan agar anak senang dengan buku itu. Anak kecil gak bosen dengan hak yang diulang-ulang. Nah yang seperti itu tidak ada pada sekolah di Indonesia," ungkap Jimmy.

Selain itu, Jimmy juga menyarankan agar pustakawan atau sekolah mempunyai program agar siswa berminat mendatangi perpustakaan.

Selain itu, dirinya menyarankan agar buku bacaan pada perpustakaan sekolah tidak diisi buku pelajaran.

Melainkan buku yang bisa membangkitkan minat baca seperti novel, cerpen, dan ensiklopedia.

Baca: Potret Nikita Willy Naik Unta di Gurun Sahara Bareng Ibu dan Adik

Peran orang tua juga menurutnya penting untuk mendukung minat baca pada anak.

Jimmy menyarankan agar orang tua dapat memperkenalkan buku sejak dini kepada anak.

Seperti diketahui, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang berpusat di Paris, Perancis, merilis Program Penilaian Pelajar Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) 2018.

Dalam penilaiannya, Indonesia termasuk dalam negara yang dinilai melalui PISA.

Berdasarkan hasil PISA 2018 menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih rata-rata skor 371.

Sementara untuk sains rata-rata skor siswa Indonesia yakni 396, dan matematika yakni 379.

Penilaian ini membuat Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara.

Indonesia hanya memiliki skor yang lebih baik dibandingkan Maroko, Lebanon, Kosovo, Republik Dominika, dan Filipina.

China, Singapura, Hongkong, Macao, dan Estonia menjadi lima negara tertinggi dalam peringkat PISA.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini