TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Roda kehidupan memang selalu berputar. Sepenggal kalimat itu mungkin cocok disematkan untuk Asmuni, pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebelum sukses ternyata Asmuni sempat merasakan pahitnya menjalani kehidupan.
“Lulus pesantren tahun 2000 saya bekerja sebagai kuli bangunan di Bali selama dua tahun. Saya harus membantu ekonomi keluarga. Sehingga apapun pekerjaannya saya lakukan,” ujar Asmuni membuka obrolan kepada BNP2TKI beberapa waktu lalu di Lombok.
Disela-sela pekerajanya, Asmuni juga menjadi seorang marbot masjid d Bali. Asmuni juga mencoba mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) di Denpasar.
Baca: Tingkatkan Pelayanan Pelindungan PMI, Plt Kepala BNP2TKI Kunjungan Kerja ke Hong Kong
Ia mengaku ingin bekerja di Jepang. “Tahun 2002 setelah bom Bali, kondisi menjadi tidak menentu. Kemudian saya pulang ke Lombok. Saya mencoba berjualan keripik singkong. Saya juga mencoba ikut mendaftar bekerja ke Jepang tapi tidak lulus,” tutur Asmuni yang juga mencoba dengan bekerja di bengkel Motor.
Tahun 2004, Asmuni mencoba melamar bekerja ke Korea Selatan melalui BP2TKI Mataram dan ia pun lulus.
“ Saya lulus sebagai non ex Korea. Tapi saya bingung tidak punya uang untuk modal berangkat kesana. Akhirnya orangtua saya mencari pinjaman untuk saya agar bisa berangkat ke Korea,” papar Asmuni.
Awal 2005, Asmuni bekerja ke Korea Selatan pada sebuah perusahaan plastik/ alat rumah tangga. Ia pun sempat berpindah kerja ke perusahaan yaitu operator mesin.
Dulu Sopir Angkot, Pria Ini Sekarang Jadi Konglomerat, Hartanya Rp800 Triliun, Intip Ladang Cuannya!
Daftar Tokoh Nyaleg 'Dapil Neraka' Banten III: Rudy Golden Boy, Konglomerat Hary Tanoe, Eks Gubernur
“Saat itu gaji saya sebesar Rp 11 juta, uang itu cukup besar. Gaji saya kumpulin untuk bayar hutang orangtua karena saya waktu berangkat kerja ke Korea saya pinjem uang orangtua,” kenangnya.
Selama tiga tahun bekerja di Korea, hampir setiap hari Asmuni selalu mengambil jam kerja lembur karena saking semangatnya dalam bekerja. Namun, rasa semangat itu ternyata kandas karena Asmuni mengalami sakit.
Baca: Ilyas Setiawan, TKI yang Meninggal dengan Luka Sayatan Sudah 2 Tahun Merantau ke Malaysia
“Kaki kanan saya sakit lumpuh, mungkin karena selama bekerja saya terus berdiri. Akhirnya saya pun masuk rumah sakit dan harus istirahat total selama satu bulan lebih. Setelah kaki saya normal, saya pun kembali bekerja seperti biasa,” ujar pria dari 11 bersaudara ini.
Coba Merentis Usaha
Setelah kontrak kerja selesai tahun 2008, Asmuni kemudian pulang ke Lombok. Berbekal dari uang bekerja dari Korea, Asmuni mencoba mulai merintis usaha. Pertama ia mencoba ingin membuka usah rumah makan. Ia mengaku menggunakan modal dari uang selama bekerja di Korea.
“Usaha rumah makan saya kandas kerana orang yang saya percaya dan telah saya berikan modal ternyata tidak amanah. Akhirnya usaha tersebut tidak jalan,” terang pria berkulit putih ini.
Asmuni pun kemudian membuka usaha kedua yaitu membuka counter handphone. Namun, usaha tersebut tidak jalan sesuai dengan rencana yang diinginkan dan diharapkan. Tidak sampai disitu, Asmuni juga kembali mencoba usaha ketiga yaitu membuka cucian motor.