TRIBUNNEWS.COM - Ekonom senior, Faisal Basri angkat bicara mengenai persoalan mafia migas.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam acara Sapa Indonesia Malam yang diunggah kanal YouTube KompasTV, Jumat (20/12/2019).
Mulanya, Faisal Basri menyoroti soal harga BBM yang bergantung pada harga internasional.
Menurutnya, impor merupakan sebuah keharusan.
Berdasarkan data tahun 2018, Faisal Basri menyebut defisit pendapat negara mencapai 20 milliar dollar AS.
"Karena harga BBM bergantung harga internasional. Impor itu keharusan. Jadi minyak 2018 datanya yang sudah pasti, defisit minyak plus BBM 20 milliar USD, kita surplus kas 8. Jadi migas kita defisit berkurang jadi 12,4. Kelebihan di gas," jelas Faisal Basri.
"Kita bisa tutup semua itu dengan ekspor batu bara 20, sehingga surplus energi 8. Tapi 2021 sudah defisit energi kita, dan 2040 defisit 80 milliar USD."
Dalam kesempatan itu, Faisal Basri juga menyinggung pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin membangun kilang minyak.
Menurutnya, ucapan Jokowi sudah dikatakan sejak mantan gubernur DKI Jakarta itu dilantik sebagai Presiden 2014-2019 atau 5 tahun yang lalu.
"Yang bingung, satu saja, kalau kita masih ingat omongan Pak Jokowi 5 tahun yang lalu, di awal-awal jadi presiden bicaranya juga begitu, bangun kilang, bangun kilang, persis, mirip, sama. Jadi 5 tahun ini kok dibiarkan, pertanyaan saya itu," beber Faisal Basri.