News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Biodiesel 30

Jokowi Resmi Luncurkan Program B30, Hemat USD 4,8 Miliar karena Tak Perlu Bangun Kilang Minyak Lagi

Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi meresmikan penerapan program Biodiesel 30 persen (B30) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO No 31.128.02 MT Haryono Jakarta Selatan, pada Senin, 23 Desember 2019.

TRIBUNNEWS.COM -  Presiden Jokowi senang bisa menghemat devisa negara sebesar Rp 63 triliun setelah peluncuran program energi baru terbarukan yang dimulai dari program B30.

Jokowi meresmikan implementasi Biodiesel 30 persen atau B30 di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (22/12/2019).

Program B30 seharusnya baru dimulai pada Januari 2020, namun akhir Desember 2019 program B30 bisa dijalankan.

Hal ini karena Pertamina sudah mulai mengujicoba B30 mulai bulan November 2019 lalu.

Jokowi mengharapkan pemerintah bisa membangun B40 dan B50, setelah program B30 dijalankan.

"Nantinya kita harapkan ini step by step, tahun depan kita masuk ke B40, 2021 kita masuk ke B50, targetnya kira-kira itu," ujar Jokowi di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.

Baca: Ingatkan Kunci Keberhasilan B30, Presiden Jokowi: Kita Mau Keluar dari Rezim Impor atau Tidak

Sehingga, tujuan Jokowi dari membangun energi terbarukan secara bertahap itu, ia menginginkan Indonesia bisa menghemat keuangannya.

"Kalau step step ini bisa kita raih saya kira devisa besar bisa kira raih," ungkapnya.

Jokowi berujar, letak kilang-kilang Pertamina yang tersebar di beberapa tempat membutuhkan transportasi untuk mengangkut crude palm oil (CPO) atau minyak sawit menuju kilang tersebut.

"Memang ruwetnya kilangnya harus tersebar, untuk membawa CPO masuk ke kilang-kilang, perlu transportasi logistik untuk menuju ke kilang, dimana barang ini diproduksi," katanya.

"Kilang Pertamina tercukupi, sehingga kita tidak harus membangun kilang baru dalam rangka B30, B40, dan B50," lanjut Jokowi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan implementasi program Biodisel 30 persen atau B30 di SPBU MT Haryono, Jakarta Timur, Senin (23/12/2019). (TRIBUNNEWS.COM/THERESIA)

Jokowi pun mengatakan, Indonesia bisa menghemat Rp 63 triliun karena tak perlu membuat kilang minyak lagi.

"Artinya kalau Rp 63 triliun bisa kita hemat, USD 4,8 miliar bisa kita hemat," ungkapnya.

"Nanti lari ke B50 akan beda lagi," lanjut Presiden Jokowi.

Dalam peresmian ini, Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, serta Komisaris Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Dalam acara tersebut, Jokowi dan para pejabat juga menyaksikan bahan bakar B30 dari tangki SPBU Pertamina diisi ke sebuah mobil pick up.

Jokowi meminta para menterinya dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati untuk terus mengawal program peningkatan energi baru terbarukan itu.

Baca: Ada Ahok di Sampingnya, Jokowi Peringatkan Mereka yang Hobi Impor BBM

"Ada menteri dan dirut Pertamina nanti masuk untuk tahun depan ke B40 dan awal 2021 juga masuk ke B50," ungkapnya.

Selain itu, Jokowi juga menyebut ada tiga alasan mengapa B30 diluncurkan.

Alasan pertama menurut Jokowi, Indonesia perlu mencari energi baru terbarukan, agar tidak lagi menggunakan energi fosil.

"Kita berusaha mencari sumber-sumber energi baru terbarukan," katanya.

"Kita melepaskan diri dari energi fosil, yang kita sadar suatu saat nanti pasti akan habis," jelas Jokowi.

Ia juga menyampaikan, program B30 tersebut untuk menjaga bumi agar bersih.

Menurutnya, membuat energi bersih bisa dilakukan dengan menurunkan gas karbon.

"Pengembangan energi baru terbarukan juga komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan gas karbon dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ini adalah energi bersih," ungkapnya.

Selanjutnya, Jokowi berujar ingin mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Kedua, kita tahu ketergantungan kita pada impor BBM, termasuk di dalamnya solar yang cukup tinggi," katanya.

Ia mengungkapkan, Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit, sehingga itu bisa digunakan untuk menggantikan bahan bakar solar.

"Di sisi lain kita juga negara penghasil sawit terbesar di dunia, dengan potensi sawit sebesar itu kita punya sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar," jelasnya.

Adanya penghasilan minyak sawit yang melimpah itu, Jokowi ingin pemerintah bisa mendukung energi potensial yang dimiliki Indonesia.

"Potensi itu harus kita manfaatkan untuk mendukung petahanan dan kemandirian energi potensial," ungkap dia.

Sehingga Jokowi meminta pemerintah harus serius mengurangi impor solar.

"Usaha-usaha untuk mengurangi impor khususnya solar harus terus dilakukan dengan serius," ujarnya.

Ia menyampaikan, Indonesia bisa menghemat keuangan negara sebesar Rp 63 triliun setelah berhasil melakukan program energi terbarukan ini.

"Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini, menghemat devisa negara kurang lebih 63 triliun, jumlah yang sangat besar sekali," ungkap Jokowi.

Kemudian, menurutnya, program B30 akan memunculkan permintaan crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dari dalam negeri.

Baca: Tol yang Diresmikan Jokowi di Tahun Ini, dari Trans Sumatera Sampai Layang Japek

"Ketiga yang tidak kalah pentingnya, penerapan B30 akan memunculkan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar," katanya.

"Selanjutnya, menimbulkan multi player efek terhadap Rp 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita," lanjut Jokowi.

Menurut Jokowi, program tersebut akan menimbulkan efek besar terhadap pekebun kelapa sawit, baik kecil maupun menengah.

"Ini artinya problem B30 akan berdampak pada pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta pekerja yang bekerja di pabrik kelapa sawit," jelasnya.

Selain itu, Jokowi juga mengungkapkan, program energi terbarukan yang dimulai dari B30 ini, negara luar tidak akan bisa menekan Indonesia lagi terkait ekspor CPO Indonesia.

"Selain itu, program B30 nantinya setelah masuk ke B40 B50 dan nanti ke B100, akan tidak mudah kita untuk ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama kampanye negatif yang dilakukan oleh beberapa negara terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar," ungkap Jokowi.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini