News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kaleidoskop 2019

Pengamat Sebut 2019 Diwarnai Banyak Peristiwa Politik yang Getir

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo dan calon presiden Prabowo Subianto saat makan bersama usai mencoba kereta MRT dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun MRT Senayan di FX Mall Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2019). Dalam kesempatan tersebut Prabowo Subianto mengucapkan selamat kepada Joko Widodo yang ditetapkan sebagai calon presiden terpilih pada pemilihan presiden 2019. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai sepanjang tahun 2019 diwarnai dengan banyak peristiwa politik yang getir.

"Tahun 2019 disebut tahun politik karena pileg, pilpres dilaksanakan serentak, dan begitu banyak peristiwa politik yang getir," ujar Adi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (24/12/2019).

Adi menilai setidaknya ada tiga peristiwa yang patut disoroti sepanjang tahun 2019.

Salah satunya adalah banyaknya petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang meninggal dunia.

Para petugas KPPS tersebut diduga meninggal karena kelelahan.

Namun hingga saat ini, ia menyayangkan lantaran tak ada penyelidikan komprehensif terkait hal tersebut.

"Peristiwa kedua, yakni pembelahan rakyat yang begitu ekstrem karena isu agama dan SARA. Seperti narasi politik yang dibangun untuk saling mengkafirkan. Seakan pemilu adalah perang agama dan alat masuk surga," kata dia.

Baca: Kaleidoskop 2019, Ulasan Lengkap Zodiak Capricorn, Daya Pikat, Bakat Terpendam & Karir yang Tepat

Terakhir, peristiwa yang turut patut disoroti adalah Prabowo Subianto dan Gerindra yang berubah haluan pasca Pilpres 2019 lalu.

"Prabowo-Gerindra sbegaia simbol oposisi yang selama ini keras menghantam Jokowi justru memilih berkoalisi dengan pemerintah atas nama persatuan dan rekonsiliasi," jelas Adi.

"Padahal rekonsiliasi tak harus jadi menteri. Menurut saya, rakyat dibodohi karena pemilu layaknya dagelan politik saja," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini