Awalnya merasa kagok, kita jadi merasa inilah passion kita. kita jalani aja. Ketika kita salah, kita akan menemukan solusi-solusinya.
Ketika kunjungan kerja, kita tahu bahwa ada banyak jalan yang ditempuh oleh rombongan presiden. Lebih cepat menuju lokasi kunjungan kerja.
Tapi kita melewati daerah-daerah warga. Dan aku melihat antusiasme warga menyambut rombongan presiden itu sangat interest antusiasmenya. Saya merasa, "Oh mungkin saya yang orang baru masuk pun merasa terkesima, oh mungkin saat ini programnya sangat pro rakyat."
Rakyat-rakyat yang di daerah itu mereka happy sekali menunggu pakai seragam, mengibarkan bendera merah putih, saya yang anak baru di situ merasa wow ternyata warga-warga di daerah antusias menunggu presiden lewat.
Seperti apa suasana meeting pertama dengan Presiden Jokowi?
Di saat meeting, semua membuat laporan. Saya tipikal yang observasi, saya melihat dengan pandangan mata karena tidak bisa mendengar.
Saya memaksimalkan mata dan memilih untuk duduk di belakang. Dan yang lain laporan, kalau dibilang apakah saya bisa mengikuti ritme saat meeting itu, tidak. Karena saya harus pakai alat bantu pendengaran, bukan pengganti pendengaran. Jadi saya harus tetap melihat gerakan bibir untuk bisa berkomunikasi.
Ketika meeting panjang, Pak Jokowi di depan, saya di belakang agak jauh. Jadi kan bibirnya kecil sekali. Saat semua menyampaikan inovasi, laporan, segala macam, jelas saya yang paling diam.
Saya diam karena berusaha untuk beradaptasi dengan apa yang sedang dibicarakan oleh orang lain. Tapi akhirnya setelah semua merasa sudah terselesaikan. Kita saling back up satu sama lain antara staf khusus yang 14 orang.
Tapi begitu kita selesai, bapak presiden sendiri yang notice. "Angkie, are you okay? Tidak, Pak, saya tidak mendengar. Oh iya kita lupa kok Angkie kenapa bisa di belakang ya. Oh tidak apa-apa, karena saya sedang melihat-lihat kerja pertama dan pengalaman pertama."
Tapi saya bilang, "Boleh tidak ketika meeting selanjutnya saya bawa handphone karena ada aplikasi dari suara ke teks? Oh boleh, kita semua sepakat boleh, kalau itu membantu Angkie."
Tapi lucu juga se-notice itu seorang presiden. Akhirnya saya laporan apa yang saya lakukan, apa yang sedang dan hendak lakukan.
Seberapa sulit membaca gerak bibir Presiden Jokowi?
Bapak Jokowi kan gerak bibirnya baru menurut saya, padahal sudah sering di televisi. Tapi saya baca gerak bibir dari orang terdekat. Kalau orang lain mengobrol memandang mata, dari mata turun ke hati.