Setelah itu, Gus Mus membeberkan jika ia memanggil Gus Dur dengan sebutan 'Mas'.
Sementara Gus Dur menyebut Gus Mus dengan sapaan 'Mus'.
Gus Mus menceritakan bahwa Gus Dur selalu berpikir luas.
Ketika Gus Mus masih memikirkan kuliah dan menghadapi ujian, Gus Dur sudah memikirkan tentang Indonesia.
Sementara itu, ketika Gus Mus baru memikirkan membangun rumah tangga, Gua Dur sudah memikirkan bagaimana membangun peradaban dunia.
Menurut Gus Mus, sosok Gus Dur selalu mendahulukan Allah, sehingga Gus Dur kerap mengatakan 'begitu saja kok repot'.
Karena menurut Gus Dur apa yang terjadi di dunia ini sudah kehendak Allah.
Berikut cerita Gus Mus selengkapnya:
"Sosok di sebelahku ini sejak pertama kali aku mengenalnya (di Kairo Mesir, tahun 1964), sudah menarik hatiku. Sebelumnya, melihat wajahnya saja belum pernah.
Pada waktu aku ke rumahnya di Jakarta dan bertemu ibundanya, sama sekali tak ada diceritakan tentang dirinya dan keberadaannya di Mesir.
Tapi begitu berjumpa, sikapnya seolah-olah dia sudah mengenalku sejak lama. Tak ada basa-basi lazimnya orang baru bertemu dan berkenalan.
Justru aku yang canggung dengan sikapnya yang tidak umum itu.
Dan sudah sejak pertemuan ('tanpa perkenalan') itu, dia memanggilku "Mus" dan aku memanggilnya "Mas". (Baru ketika pulang di tanah air, ketika orang-orang memanggilnya "Gus", dia pun memanggilku "Gus", meski aku tetap memanggilny "Mas").
Alhamdulillah, di rumah aku punya kakak (Almarhum KH. Cholil Bisri) yang seperti sahabat karib dan di perantauan, Allah menganugerahiku sahabat karib yang seperti saudara ini.