TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sebelumnya dua prajurit Kopassus gugur, kini Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) XVII/Cendrawasih Kolonel Cpl Eko Daryanto mengakui 1 orang prajurit TNI gugur usai baku tembak antara prajurit TNI dan Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di Papua, Senin (30/12/2019).
Sepanjang 2018 dan 2019 saja, sudah hampir 20 prajurit TNI dan Polri gugur dalam tugas di Papua.
Berbagai pihak pun mempertanyakan keberadaan dan peran intelijen yang kerap kecolongan, dan bagaimana solusinya?
Menurut Eko Daryanto, baku tembak terjadi pada saat anggota Satuan Tugas (Satgas) Pamtas RI-PNG Yonif 713/ST dalam perjalanan mengambil persediaan bahan makanan atau logistik.
Eko kemudian menceritakan kronologi insiden tersebut.
Baca: Dihadang Kelompok Bersenjata Papua Saat Ambil Logistik, 1 Prajurit TNI Tewas
Menurutnya, kejadian bermula ketika 10 orang anggota Satgas Pamtas RI-PNG Pos Bewan Baru yang dipimpin oleh Serda Miftachur Rohmat, berangkat dari pos Bewan Baru Menuju Pos Kaliasin untuk mengambil logistik.
Baru berjalan sekitar 5 kilometer, tepatnya di jembatan kayu, anggota Satgas Pamtas tiba-tiba mendapat tembakan dari sekitar 20 orang.
"Yang diduga dari KSB pimpinan Jefrizon Pagawak dengan menggunakan senjata api laras panjang," kata Eko dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/12/2019).
Namun, katanya, TNI berhasil memukul mundur KSB yang menyerang.
Menurut Eko, anggota Satgas Pamtas RI-PNG kemudian berpencar.
Mereka mencari tempat perlindungan dan membalas tembakan ke kelompok tersebut.
"Sekitar 15 menit membalas tembakan, anggota Satgas berhasil memukul mundur kelompok tersebut," ujarnya.
Sementara itu, dua prajurit TNI menadi korban. Usai baku tembak berhenti, kata Eko, anggota Satgas lainnya mendatangi lokasi.
Mereka menemukan dua orang personel TNI yang menjadi korban baku tembak.