TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Sebanyak 2,8 juta atau 80 persen petani di Jawa Tengah (Jateng) telah terdaftar dan memanfaatkan program Kartu Tani. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menargetkan, dalam waktu dekat seluruh petani di provinsi ini telah tercover program ini.
Ganjar menyebut, total petani di Jateng sebanyak 2,8 juta orang dengan luas lahan 1,5 juta hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 2,7 juta petani sudah mendapatkan Kartu Tani.
“Itu data per 31 Desember 2019. Artinya, lebih dari 80 persen petani di Jateng telah terdata dan akan terus kami tingkatkan,” kata Ganjar, Sabtu (1/2).
Ganjar menegaskan, kartu tani yang menjadi program andalan Jawa Tengah bukan hanya terkait penyaluran pupuk bersubsidi. Lebih dari itu, Kartu Tani adalah program pengelolaan data di sektor pertanian yang lebih kompleks.
“Saya tegaskan bahwa kartu tani ini bukan hanya soal pupuk bersubsidi. Jauh dari itu, Kartu Tani adalah data yang dapat melihat siapa tanam apa kapan dan di mana, berapa luasannya dan lainnya,” ujarnya.
Ia menyebut, Kartu Tani menjadi big data sektor pertanian, dan akan terus ditingkatkan kualitasnya. Pihaknya juga telah menggandeng salah satu bank nasional untuk mendata melalui pemanfaatan citra satelit menggunakan Geographic Information System (GIS).
“Dengan data, kita bisa mengendalikan petani agar tidak menanam komoditas sama, mengendalikan harga, bahkan sampai kebijakan apakah harus ekspor atau impor. Memang tidak mudah dan butuh waktu, namun semuanya harus dimulai sejak sekarang,” pungkasnya.
Sementara, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, pada dasarnya kartu tani merupakan kartu debit seperti kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Adapun kartu ini digunakan para petani untuk berbagai kebutuhan dan memenuhi keperluan pertaniannya.
"Keberadaan Kartu Tani diharapkan membawa dampak yang positif bagi semua kalangan. Tidak hanya bagi pemerintah dan pihak terkait saja, melainkan yang paling penting adalah manfaat bagi para petani," ujar Sarwo Edhy.
Dengan memiliki Kartu Tani, terang Sarwo Edhy, pertama mendapat kepastian dalam memperoleh pupuk bersubsidi. Pupuk merupakan komponen penting dalam sebuah pertanian, maka dari itu ketersediaan pupuk adalah hal mutlak.
"Dengan adanya Kartu Tani, nantinya para petani dapat menggunakannya dalam membeli pupuk bersubsidi. Langkah seperti ini juga efektif dalam menyalurkan pupuk bersubsidi tepat sasaran," jelasnya.
Keuntungan berikutnya, lanjut Sarwo Edhy, petani dapat melakukan penjualan hasil panen tanpa perantara. Ia menjelaskan, kendala yang dihadapi oleh para petani adalah ketika musim panen tiba. Sebab, hasil yang didapat tidak serta merta dapat dinikmati. Alasannya adalah petani terpaksa menjual hasil pertanian kepada para tengkulak yang mengambil untung besar.
"Keberadaan Kartu Tani ini diharapkan akan memangkas praktik penjualan hasil pertanian yang tidak sehat ini sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani," kata Sarwo Edhy.
Di sini para petani dapat dengan mudah melakukan penjualan secara langsung ke Bulog selaku off taker.