TRIBUNNEWS.COM - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Natuna, Andes Putra menyampaikan kronologi mengenai kepanikan warganya yang mendengar kabar soal kedatangan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan.
Cerita itu disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (4/2/2020).
Andes menjelaskan, dirinya yang sedang berada di rumah didatangi oleh beberapa masyarakat Natuna, Kamis (30/1/2020).
Masyarakat Natuna tersebut menanyakan mengenai informasi yang mereka dapat dari WhatsApp dan Facebook.
Informasi yang didapat oleh masyarakat adalah perihal Natuna yang akan digunakan sebagai lokasi karantina untuk WNI yang berhasil dievakuasi dari Wuhan.
Setelah mendapatkan laporan dari warga, Andes langsung mengadakan rapat terbatas dengan anggota DPRD yang lain.
Andes menyampaikan rapat tersebut berlangsung hingga dini hari.
"Tanggal 30 (Januari) saya didatangi oleh masyarakat ke rumah, bertanya apa betul informasi yang mereka dapatkan dari media WhatsApp dan Facebook," terang Andes.
"Informasinya yakni evakuasi WNI dari Wuhan itu untuk dikarantina di Natuna."
"Langsung saya arahkan ke kantor waktu itu, kita lakukan rapat terbatas sampai jam 02.00 WIB," tambahnya.
Andes sebagai perwakilan rakyat, mencoba untuk meminta klarifikasi dari pihak terkait.
Saat itu di Natuna hanya ada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) namun tidak dapat dihubungi karena sedang istirahat.
Di pagi hari, Andes bersama anggota DPRD yang lain mencoba bertemu dan akhirnya mendapatkan informasi.
Namun Andes menyampaikan, ia hanya menerima sedikit informasi mengenai kebenaran soal Natuna yang dijadikan lokasi karantina.
Andes melanjutkan, pihaknya diarahkan untuk menunggu Menteri Kesehatan Indonesia, Terawan yang dijadwalkan akan datang ke Natuna.
Terawan belum datang, namun kondisi kantor DPRD Natuna mulai ramai dengan para warga yang ingin mengetahui kejelasan informasi.
"Dan kami mencoba menghubungi waktu itu yang hanya ada Kepala BNPB, jadi waktu subuh itu kita tidak bisa bertemu beliau karena istirahat, dan paginya jam 07.30 WIB kami bertemu beliau dan mendapatkan informasi hanya setengah," jelas Andes.
"Belum jelas benarnya, jadi kami juga diarahkan ketika itu jam 14.00 WIB Menkes datang untuk bertemu."
"Namun suasana masyarakat telah ramai di depan Kantor DPRD Natuna," imbuhnya.
Andes menuturkan, Terawan sampai di Natuna langsung ia jemput pukul 17.00 WIB.
Kala itu Andes langsung meminta klarifikasi pada Terawan.
Hasilnya adalah Terawan membenarkan mengenai informasi yang didapatkan oleh warga Natuna.
Terawan selanjutnya langsung memberikan sosialisasi di depan masyarakat Natuna.
Namun karena kondisi yang tidak kondusif, Andes mengajak Terawan berdiskusi di kantor DPRD.
Andes mengatakan Terawan telah berjanji akan menerima aspirasi dari masyarakat Natuna.
Tak hanya itu, Terawan juga bersedia untuk memberikan informasi yang detail mengenai kedatangan WNI dari Wuhan.
"Sekitar jam 17.00 WIB Menkes datang saya jemput sendiri dari bandara, kemudian kami minta klarifikasi," tutur Andes.
"Dan beliau menyatakan iya kemarin, di depan masyarakat kami beliau memberikan sosialisasi cuma waktu itu kondisi kurang kondusif."
"Akhirnya kami ajak ke dalam untuk menyampaikan aspirasi dari masyarakat Natuna," ucap dia.
"Di situ beliau juga berjanji menerima aspirasi dan malamnya beliau berjanji akan memberikan informasi dan kejelasan seperti yang kami inginkan," lanjutnya.
Andes mengungkapkan, telah menunggu Terawan hingga malam hari.
Namun ternyata Terawan sedang dalam waktu istirahatnya.
Kala itu kantor DPRD telah kedatangan kembali para masyarakat Natuna yang ingin mengetahui kejelasan soal informasi yang mereka dapatkan.
Andes menjelaskan, para anggota DPRD serta masyarakat Natuna merasa berada di dalam posisi yang terancam.
Hal tersebut dikarenakan pihaknya dan warga hanya menginginkan Terawan memberikan informasi lengkap.
"Hingga pukul 22.00 WIB saya tunggu, tidak hadir rupanya beliau sudah istirahat," ungkap Andes.
"DPRD sudah ramai dan dikepung kembali oleh warga, di situ kami merasa posisi kami sangat terancam."
"Karena kami hanya ingin mendengar klarifikasi atau informasi dari Menkes," tandasnya.
Selama beberapa hari setelah itu, Andes terus mencari informasi mengenai kebenaran tersebut.
Andes menuturkan telah melakukan berbagai upaya seperti menghubungi pihak terkait.
Namun Terawan maupun instansi yang lain tidak memberikan respon Andes.
"Jadi maksud kami kok begitu saya telepon ngga diangkat, padahal Menkes sudah janji apabila ada sesuatu yang kurang kondusif beliau akan hadir," ucap Andes.
"Kami juga tiga hari tiga malam menghadapi masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai hal tersebut," tambahnya.
Pihak DPRD hanya ingin menyampaikan aspirasi dari masyarakat.
Masyarakat Natuna kala itu hanya menuntut perihal kesehatan mereka.
Pasalnya Virus Corona sendiri telah merenggut ratusan nyawa di negara asalnya, China.
Andes menuturkan masyarakat sangat merasa ketakutan dengan virus yang sedang mewabah itu.
Meski demikian, dalam video itu Andes menjelaskan rencana anggota DPRD ke depan apabila 238 WNI dari Wuhan tidak terinfeksi.
Andes menuturkan ingin mengajak WNI yang datang dari Wuhan untuk berwisata di Natuna.
Karena Natuna memiliki berbagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Namun Andes menegaskan, rencana tersebut akan berjalan apabila seluruh WNI dari Wuhan dalam kondisi yang sehat dan aman.
"Di situ masyarakat menuntut kesehatan, ketakutan yang sangat amat," terang Andes.
"Kami dari DPRD jika teman-teman kita dari Wuhan ini tidak terinfeksi virus itu selama 14 hari, kami ingin mengajak jalan-jalan di tempat wisata Natuna," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)