TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah telah memutuskan untuk tidak melakukan pemulangan terhadap WNI terduga teroris lintas batas dan eks ISIS.
Namun, pemerintah membuka opsi untuk memulangkan anak-anak yang turut serta dibawa orangtuanya yang bergabung di ISIS maupun gerakan teroris lintas batas lainnya.
Pengamat terorisme Al Chaidar Abdul Rahman Puteh Pengamat terorisme tersebut kurang tepat.
Menurutnya, tidak hanya anak-anak yang dipulangkan, tapi juga para wanita yang tak bersalah.
"Seharusnya anak-anak dan wanita yang tidak bersalah bisa kita selamatkan ke pangkuan ibu Pertiwi," ungkap Al Chaidar saat dihubungi Tribunnews, Rabu (12/2/2020).
Baca: Pimpinan DPR Setuju Keputusan Pemerintah Tak Pulangkan 600 WNI Eks ISIS
Al Chaidar tidak menyetujui jika yang dipulangkan hanya anak-anak saja.
"Anak tak boleh dipisahkan dari ibunya," ungkapnya.
Wacana pemulangan anak-anak WNI eks ISIS disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD melalui unggahan Instagram pribadinya, Rabu (12/2/2020).
"Pemerintah membuka opsi pemulangan anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang turut dibawa orangtua mereka yang berstatus terduga eks ISIS. Namun hal ini akan kita lihat case by case," ungkapnya.
Mahfud MD mengungkapkan wacana tersebut adalah hasil rapat yang digelar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama kabinet.
Diketahui pemerintah sepakat untuk tidak memulangkan para teroris lintas batas terutama mantan anggota ISIS.
"Hasil Rapat Kabinet dengan Presiden, Pemerintah tidak ada rencana memulangkan WNI yang diduga teroris.
Bahkan tidak akan memulangkan FTF (foreign terorist fighter), terutama mantan anggota ISIS ke Indonesia," tulisnya.
Baca: Polemik Pemulangan WNI eks ISIS, Ali Ngabalin Singgung Kekalahan Mereka: Bagaimana Kalau Menang?
Mahfud MD menyebut pemerintah khawatir WNI eks ISIS akan menjadi teroris baru di Indonesia.
Pemerintah pun lebih mementingkan keamanan Indonesia.
"Keputusan itu diambil lantaran pemerintah khawatir para terduga eks ISIS itu akan menjadi teroris baru di Indonesia."
"Pemerintah lebih mementingkan keamanan 267 juta WNI yang berada di Indonesia dengan tidak memulangkan para terduga kombatan eks ISIS," ungkap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut.
Baca: Mantan Anggota ISIS Cerita Pengalaman Gelap di Suriah, Melihat Pembunuhan Buatnya Sadar
Keputusan Pemerintah Dinilai Tak Humanis
Sementara itu, keputusan pemerintah untuk tidak memulangkan WNI yang diduga teroris lintas batas maupun WNI eks ISIS disebut Al Chaidar tidak humanis.
"Sangat disayangkan keputusan yang tidak humanis itu akhirnya yang diambil," ungkap Al Chaidar.
Menurutnya, ada kemungkinan aksi penyerangan kelompok ISIS yang ada di Indonesia akan dilakukan.
"ISIS akan menyerang Indonesia dari dalam," ungkapnya.
Al Chaidar menilai keputusan pemerintah menolak memulangkan WNI eks ISIS bisa menjadi alasan untuk lakukan penyerangan.
"ISIS yang sudah ada di Indonesia merasa mendapatkan alasan untuk tetap menyerang aparat dan publik Indonesia," ujar Al Chaidar.
Al Chaidar menyebut, keputusan pemerintah akan membuat Indonesia dinilai oleh kelompok tersebut sebagai negara yang tak berperasaan.
"Bagi mereka, Indonesia bukan negara afektif, bukan negara yang berperasaan."
"Kekuasaan masih dipergunakan untuk hal-hal yang tidak humanis," ungkapnya.
Sebelumnya Al Chaidar juga mengungkapkan pemulangan ratusan WNI eks ISIS dapat memberi manfaat untuk Indonesia.
"Karena kita membutuhkan mereka untuk program semacam deradikalisasi, untuk kelompok teroris lain yang banyak di Indonesia," ujarnya.
Namun Al Chaidar menilai tetap ada potensi bahaya yang dibawa ratusan WNI eks ISIS jika dipulangkan ke Indonesia.
"Pasti ada (potensi bahaya), karena memang mereka sudah terpapar oleh radikalisme yang cukup mengkhawatirkan," ujarnya.
Al Chaidar menilai, perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut kepada ratusan WNI tersebut.
Hal itu untuk memastikan paham radikalisme dan terorisme tidak lagi dipegang oleh para WNI eks ISIS.
"Mereka itu perlu di-screening atau pun perlu dimasukkan ke dalam program pemerintah yang ada."
"Entah program Departemen Sosial maupun BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)," ungkapnya.
Lebih lanjut, Al Chaidar menilai para WNI eks ISIS membutuhkan untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara.
"Mereka gapapa dipulangkan, mereka perlu bersilaturahmi secara humanis dengan saudara saudara dan keluarga yang mereka tinggalkan."
"Mungkin juga perlu bermaaf-maafan pada saudara yang sudah dianggap kafir atau bahkan sudah dianggap musuh," ungkap Al Chaidar.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)