Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di Indonesia proses pemeriksaan sampel dugaan kasus novel coronavirus yang kini diberi nama COVID-19 dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).
Lebih tepatnya penelitian sampel dugaan dilakukan di Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sri Oemijati yang terletak di bagian belakang kantor Balitbangkes.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed menyebutkan laboratoriun milik Balitbangkes memiliki kriteria Biosafety Level (BSL) 2 dari World Health Organization (WHO).
“Itu sudah ada pedomannya dan semua negara menggunakan BSL 2. Kita tidak keluar dari alur minimal yang ditetapkan WHO,” kata Vivi di Balitbangkes.
Baca: 15 Februari Observasi WNI di Natuna Selesai, Keluarga Lega Dista dan Husnia Tak Terjangkit Corona
Baca: FOTO Kota Wuhan Merah Menyala, Satelit Sempat Rekam Kota Asal Virus Corona Itu, Ini Penjelasannya
Sementara ini sudah ada 64 specimen dari 16 Provinsi di Indonesia yang diperiksa di Balitbangkes dan hasilnya 62 specimen negatif dan dua specimen sisanya masih dalam tahap pemeriksaan.
Adapun detil proses pemeriksaan sample novel corona virus di Lab Balitbankes yang pertama adalah menerima spesimen dugaan kasus dari rumah sakit rujukan.
Untuk kasus CODIV-2019 ini, sampel yang diambil adalah lendir yang berada di saluran pernapasan.
Kemudian usai specimen diterima langkah selanjutnya adalah proses ekstrasi untuk mengambil asam ribonukleat atau RNA.
Setelah itu RNA dicampurkan dengan reagen pan corona virus untuk mengetahui jenis virus yang diperiksa dengan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR).
Proses pendeteksian dengan mesin pun terus berlanjut yang tahap selanjutnya adalah memperbanyak RNA supaya bisa dibaca oleh spektrofotometer.
Hasil yang nantinya keluar jika memang positif novel corona virus akan berbentuk gambaran kurva sigmoid, sedangkan negative control tidak terbentuk kurva atau datar saja.
“Jadi karena selama ini spesimen yang diperiksa negatif karena semua datar menyerupai negative kontrolnya,” kata dr. Vivi.
Seperti saat Tribunnews.com mengunjungi Laboratium Balitbangkes Selasa (12/2/2020) kemarin, memang segala proses panjang tersebut dilakukan secara tertutup dan penuh kehati-hatian.
Untuk masuk ke dalam lab pun tidak boleh sembarangan, harus menggunakan alat pelindung diri (APD) mulai dari masker yang bagian hidungnya harus ditekan, penutup kepala, gaun pelindung, dan sarung tangan.
Untuk alas kaki juga tidak boleh menggunakan sepatu sehari-hari, ada sendal khusus juga yang disiapkan.
Tentunya setelah keluar lab, APD tersebut harus langsung dilepas dan dibuang ke kantong khusus agar tidak meninggalkan kuman.
Saat masuk ke dalam lab juga tidak boleh mengambil gambar dan membawa alat elektronik.
Ada dua ruangan yang digunakan untuk penelitian novel corona virus ruang pertama untuk ektrasi dan ruang satunya yang berisi mesin-mesin sequencing dan PCR.
Vivi menjelaskan berbagai rangkaian panjang penelitian dan ketatnya prosedur tersebut sebagai quality assurance sebelum menyatakan bahwa sampel yang diperiksa positif atau negatif.
“Kita semua bekerja sesuai pedoman WHO bahwa pengambilan spesimen tidak dilakukan sekali tapi beberapa spesimen pada satu orang pasien,” pungkas Vivi.