News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Kembali ke Rumah dalam Kondisi Sehat, Keluarga Fitra Bagi-bagikan Nasi Kotak kepada Tetangga

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Delapan orang Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disambut oleh pihak kampus dan keluarga setelah mendarat di Bandara Juanda, Jatim, Sabtu (15/2/2020). Sembilan Mahasiswa Unesa terpaksa menjalani 14 hari masa observasi di Natuna, setelah sebelumnya mengikuti program beasiswa di Wuhan, Cina, yang merupakan pusat penyebaran Virus Corona. SURYA/SUGIHARTO

TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Fitra Suryaning Wulan (23), mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) asal Gresik yang mendapat beasiswa ke Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China akhirnya tiba di rumah.

Ia dijemput anggota keluarga ke Bandara Juanda, dan kini, Fitra bisa kembali tidur di kamarnya.

Keluarga menggelar syukuran menyambut kepulangannya dalam kondisi sehat dan selamat dari ancaman virus corona.

Menyambut kedatangan Fitra putrinya itu, Sudarso, ayah dan Yeni, ibunya menggelar syukuran kecil-kecilan.

Di rumahnya, Yeni bertugas sebagai juru masak.

Berdasarkan pantauan Harian Surya, Minggu (15/2/2020), Yeni bersama empat anaknya membuat nasi kotak dan membagikan kepada tetangga di sekitar rumah, di Desa Cangkir, Kecamatan Driyorejo, Gresik, Jawa Timur.

Saat berjumpa dengan wartawan Harian Surya, Fitra tampak tersenyum.

Fitra terlihat ikut membantu kedua orang tua yang sedang memasak dan membantu adiknya melipat kotak nasi di ruang keluarga.

Sudarso, ayahnya, tidak sanggup menutupi kebahagiaannya.

Meskipun putrinya baru tiba di Juanda pukul 22.15 WIB, Sabtu (15/2/2020), empat jam sebelumnya, sejak pukul 18.00 WIB dia sudah berangkat bersama istri dan ketiga anaknya.

Rindunya terluapkan saat melihat sang putri turun dari pesawat.

"Saya peluk bertiga sama istri, sampai kami terjatuh. Saya senang anak saya pulang dalam keadaan sehat," kata Sudarso.

Baca: Ahli Kesehatan Australia Curiga Virus Corona Tak Terdeteksi di Indonesia, Menduga Ini Penyebabnya

Baca: Korban Virus Corona Terus Bertambah, Per 17 Februari 1.765 Orang Meninggal

Matanya mulai berkaca-kaca saat menceritakan kembali masa di mana harus berjauhan beda negara dengan putri pertamanya itu di Wuhan.

"Saat anak saya bilang temannya sudah dipulangkan ke negara asal, sedangkan dia masih tertahan di Wuhan, saat itu saya nangis. Saya bersyukur Fitra sekarang pulang dengan selamat, dan kondisinya sehat," kata Sudarso.

Keluarga ini memang wajar bersyukur. Sejauh ini, virus corona terus memakan korban jiwa.

Hingga Minggu (1/2/2020), sumber gisand data Johns Hopkins CSSE mencatat jumlah korban virus Vorona mencapai 1.666 orang.

Virus Corona yang bermula dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China.

Dari luar China, Prancis mengumumkan satu orang meninggal Sabtu (15/2/2020) karena Corona.

Menurut Kementerian Kesehatan Prancis warga tersebut berasal dari China. Ia berumur 80 tahun dan merupakan turis di Prancis.

Pemerintah Tiongkok atau China melaporkan adanya 142 kasus kematian baru, dibandingkan hari sebelumnya.

Secara global, jumlah kematian di China daratan akibat wabah virus Corona mencapai 1.663 orang.

Sebelumnya seorang turis asal China meninggal di Filipina, dan seorang korban lainnya di Taiwan.

Adapun di seluruh China pada Sabtu, ada 2.009 orang lagi yang tertular.

Baca: Fakta Sertu Rizka Nurjanah: Lawan Tumor Otak hingga Alami Kebutaan dan Buat Jenderal Andika Menangis

Baca: Pernikahan Nyaris Berantakan, Pengantin Laporkan Wedding Organizer 60 Juta Hanya Ada Bunga Kering

Jumlah orang yang terinfeksi virus Corona mencapai 69.500 jiwa.

Fitra bersama 11 teman lainnya dari Universitas Negeri Surabaya sempat terisolasi di Wuhan selama beberapa hari.

Kemudian pulang ke tanah air sejak Minggu (2/2/2020), dan mendapat observasi virus corona di Natuna, Kepulauan Riau selama 14 hari.

Adapun Ayu Winda Puspitasari (25), satu di antara para mahasiswa China asal Lamongan yang sudah tiba di rumah.

Tepat, Minggu (16/2/2020) pukul 01.00 WIB, dinihari.

Delapan orang Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disambut oleh pihak kampus dan keluarga setelah mendarat di Bandara Juanda, Jatim, Sabtu (15/2/2020). Sembilan Mahasiswa Unesa terpaksa menjalani 14 hari masa observasi di Natuna, setelah sebelumnya mengikuti program beasiswa di Wuhan, Cina, yang merupakan pusat penyebaran Virus Corona. SURYA/SUGIHARTO (SURYA/SUGIHARTO)

Hingga ditemui Surya.co.id Minggu pukul 10.19 WIB, Winda belum terbayar kangennya untuk makan nasi boranan.

"Saya yang kangen sego boranan, tapi belum sempat beli. Semua anggota keluarga bangunnya kesiangan," kata Winda.

Nasi boranan atau sego boranan, adalah makanan tradisional dan khas Lamongan, Jawa Timur.

Kata Boranan ini berasal dari tempat nasi yang digendong dengan selendang pada punggung.

Nasi boranan, terdiri atas nasi, bumbu, lauk dan rempeyek.

Baca: Lucinta Luna Ajukan Daftar Permintaan Selama di Sel Pada Abash, Teh Diet Sampai Utang

Baca: Sembilan Alasan Buruh Tolak Omnibus Law

Pelengkap lain yang melengkapi nasi boran adalah empuk (tepung yang digoreng) dan pletuk (kacang dan remah nasi aking).

Bumbu dari nasi boranan terdiri dari rempah-rempah yang ditambahkan dengan cabai dan kelapa parut yang dihaluskan.

Nasi khas Lamongan ini dikenal dengan sebutan nasi Boran, berasal dari nama wadah nasi anyaman bambu yang dipakai, yang oleh warga dikenal dengan nama Boran.

Winda memastikan akan menikmati nasi boranan dan pentol bakso.

Terlepas kekangenannya dengan dua jenis makanan tersebut, Winda tetap fokus pada kuliah yang sedang ditempuhnya.

Delapan orang Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disambut oleh pihak kampus dan keluarga setelah mendarat di Bandara Juanda, Jatim, Sabtu (15/2/2020). Sembilan Mahasiswa Unesa terpaksa menjalani 14 hari masa observasi di Natuna, setelah sebelumnya mengikuti program beasiswa di Wuhan, Cina, yang merupakan pusat penyebaran Virus Corona. SURYA/SUGIHARTO (SURYA/SUGIHARTO)

"Selama libur di Indonesia, pelajaran bisa diatasi dari kelas online," kata Winda.

Ada 5 mata kuliah yang akan ditempuh setelah khusus kelas Bahasa Mandarin.

Winda adalah mahasiswi S2 yang akan ditempuh selama tiga tahun, karena ada satu tahun untuk pendalaman Bahasa Mandarin.

"Sekarang masih kelas bahasa dulu dan nanti baru masuk jurusan," ungkapnya.

Winda optimistis dapat mengikuti pelajaran selama di Indonesia sampai nanti kembali ke China.

"Bisa bisa diikuti kok, ada kelas online dan ada aplikasinya yang bisa akses dengan mudah, bisa absen dan komunikasi," katanya.

Baca: Komentar Erick Thohir Saat Didapuk Menjadi Menteri Terbaik, Semoga Tidak Membuat Kami Terlena

Baca: Prediksi Susunan Pemain Persija Jakarta vs Madura United, Farias Ingatkan Lawannya Harus Hati-hati

Mereka Sehat

Masa observasi ratusan warga negara Indonesia (WNI) selama 14 hari telah selesai pada Sabtu (15/2/2020).

Sebanyak 238 orang, terdiri atas 237 WNI dan seorang WNA yang memperistri WNI telah kembali ke keluarga masing-masing.

Namun masyarakat dunia dan termasuk Indonesia was-was atas merebaknya virus corona.

Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok itu menyebar di berbagai negara.

Banyaknya pemberitaan mengenai virus corona membuat harga masker menjadi melambung. Bahkan, harga masker mengalami kenaikan yang cukup drastis mencapai ratusan ribu rupiah.

Tidak heran jika kepulangan ratusan WNI dari Wuhan membuat masyarakat menjadi takut dan waswas.

Kini, masyarakat luas dapat menghela nafas lega karena 238 WNI dinyatakan sehat.

Delapan orang Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disambut oleh pihak kampus dan keluarga setelah mendarat di Bandara Juanda, Jatim, Sabtu (15/2/2020). Sembilan Mahasiswa Unesa terpaksa menjalani 14 hari masa observasi di Natuna, setelah sebelumnya mengikuti program beasiswa di Wuhan, Cina, yang merupakan pusat penyebaran Virus Corona. SURYA/SUGIHARTO (SURYA/SUGIHARTO)

238 WNI yang dikarantina di Natuna setelah dievakuasi dari Wuhan, China terkait mewabahnya virus corona.

Terkait dengan kepulangan 238 WNI tersebut, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan semua WNI dalam kondisi dan keadaan yang sehat.

Hal tersebut diungkapkan Terawan saat bertemu dengan awak media.

"Mereka dalam kondisi sehat, semua berbahagia, sangat mengharukan. Karena mereka mau bertemu dengan keluarganya, bertemu saudara-saudaranya di kampungnya dalam kondisi yang sangat sehat," ujar Terawan.

Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Budi Sylvana mengaku puas karena para WNI pulang dalam keadaan sehat.

"Kami puas, karena semua WNI berada dalam keadaan sehat, itu kepuasan sendiri yang susah digambarkan," ujar Budi.

Budi Sylvana merupakan sosok yang selalu setia memberikan perkembangan terkini terkait proses observasi kepada awak media.

Baca: Ini Curhat Haru Sertu Rizka Setelah Tumor Otak yang Merongrongnya Membuat Jenderal Andika Menangis

Baca: Korbannya Sudah 800-an Orang, Komplotan Penipuan CPNS Ini Sudah Meraup Uang Rp 2 Miliar

Ia selalu membagikan foto maupun video pendek yang berisi kegiatan dan keseharian para WNI di Natuna, Kepulauan Riau.

Budi tak menampik jika terdapat perasaan sedih di hatinya kala proses observasi selesai.

Hal ini dikarenakan seluruh pihak yang terlibat dalam proses tersebut sudah ia anggap sebagai keluarga barunya.

"Tapi sedih juga, karena di sini kami sudah seperti keluarga. Kurang lebih totalnya ada 800 orang yang ada di tempat observasi ini, jadi kami sudah seperti keluarga," kata Budi.

Terpisah, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan semua WNI yang sempat menjalani observasi aman berada di masyarakat hingga boleh menonton konser.

Menkes Terawan menyatakan 238 WNI yang dikarantina di Natuna semua sehat dan telah dipulangkan, aman di keramaian.

Delapan orang Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disambut oleh pihak kampus dan keluarga setelah mendarat di Bandara Juanda, Jatim, Sabtu (15/2/2020). Sembilan Mahasiswa Unesa terpaksa menjalani 14 hari masa observasi di Natuna, setelah sebelumnya mengikuti program beasiswa di Wuhan, Cina, yang merupakan pusat penyebaran Virus Corona. SURYA/SUGIHARTO (SURYA/SUGIHARTO)

Dikurung di Kampus

Menyinggung selama merebaknya virus Corona, Winda mengaku selama di China hanya hidup di kampus dan tidak pernah keluar kecuali membeli sayur yang ada di lingkungan kampus.

"Pihak kampus mengimbau melarang ke luar, " katanya.

Selama 'dikurung' di kampus, ia tidak banyak tahu perkembangan di luar, termasuk sejauh mana para korban yang terserang virus Corono.

"Jadi kurang tahu keadaan di luar," katanya.

Ia di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei, dan begitu merebaknya Corona kota Wuhan kondisinya sangat sepi.

Bahkan ia bersama para mahasiswa Indonesia tidak pernah keluar dari tanggal 23 Januari hingga 1 Februari 2020.

"Komunikasi ya hanya dengan teman kampus yang itu juga orang Indonesia semua," katanya.

Baca: Kiwil Beri Pesan pada Istri Pertama dan Keduanya: Kalau Pengen Suami Cepat Pulang, Rayu, Cumbu

Baca: Fakta Unik Ojigi, Tradisi Bungkukkan Badan Sebagai Tanda Hormat di Jepang

Bagaimana komunikasi dengan orang China? Winda mengaku terpaksa membisu dengan orang luar Indonesia, "Ngomong dengan orang China hanya beli sayur yang ada di lingkungan kampus," katanya.

Selain karena larangan ke luar kampus, ia dan teman-temannya juga takut dengan sendirinya. Sementara untuk beli sayur masih di area kampus.

Pasar yang jadi sumber petaka sudah ditutup oleh pemerintah sejak Desember 2019.

Karena yang terinfeksi dan meninggal banyak orang pedagang pasar.

Harapannya pada pemerintah China agar bisa segera menuntaskan virus dan segera ditemukan obatnya.

"Biar bisa segera kuliah lagi," kata Winda yang selalu didampingi ortunya, Sartono.

Ia juga berterimakasih pada pemerintah Indonesia yang mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan pada 2 Februari silam.

Beredar kabar hoaks yang menyebut ada pasien positif Virus Corona di RSUP H Adam Malik Medan. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik hingga saat ini belum memutuskan untuk melanjutkan perkara video hoaks peredaran virus corona (COVID-19), ke ranah hukum. (Tribun Medan)

Moch Afik Nur Faizin (21), asal Desa Pucangan, Kecamatan Montong, Tuban, Jawa Timur juga senang setelah tiba di rumahnya bertemu keluarga.

Dia dipulangkan setelah menjalani observasi selama 14 hari di Natuna, setelah kepulangannya dari China.

Putra dari pasangan M Ridwan dan Hartatik itu merupakan mahasiswa fakultas kedokteran di Hubei Politeknik University.

Mahasiswa semester satu tersebut bercerita tentang kondisi di negeri tirai bambu saat Corona mewabah. Kesaksiannya mirip dengan keterangan Winda.

"Kondisi di Provinsi Hubei di lock down (terkunci, Red), dari antar-kota satu kekota lain sudah terkunci, meski sebagian kecil aktivitas masihada," katanya saat ditemui di rumahnya.

Bahkan, di asrama tempat dia tinggal yaitu di kota Huangshi, mahasiswa juga tidak boleh ke luar.

Hal itu untuk mencegah agar tidak ada mahasiswa yang terjangkit virus Corona, sehingga harus disterilkan secara ketat oleh pihak kampus.

"Steril tidak boleh keluar kampus kurang lebih 14 hari saat itu, semua harus pakai masker dan dicek kesehatannya secara berkala," ujarnya.

Untuk mencukupi segala kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh mahasiswa, diakuinya semua telah disediakan oleh pihak kampus.

Pihak kampus menjaga betul keamanan para pelajar agar terjaga dan tidak terkena virus corona. Sehingga segala kebutuhan disiapkan.

"Alhamdulillah di kampus saya aman, tidak ada yang terkena Corona," ungkapnya senang.

Ingin Istirahat

Dari Tasikmalaya, Jawa Barat, Ulus Rusdiana (34), satu di antara 237 WNI yang dipulangkan dari Wuhan, China, tiba di kampung halamannya, Kampung Menol, Desa Tobongjaya, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (16/2/2020) dinihari.

Sebelum pulang ke Tasikmalaya, Ulus Rusdiana sempat dikarantina selama 14 hari di Pulau Natuna terkait virus Corona.

Mereka yang dievakuasi dari Wuhan tiba di Batam, Minggu (2/2/2020), berjumlah 238 orang, 237 WNI dan seorang WNA yang memperistri WNI.

"Alhamdulillah, saya tiba di Menol sekitar pukul 01.00, langsung istirahat. Sebelumnya, mampir ke rumah di Perumahan Bumi Lestari, Kota Tasikmalaya, untuk menjemput kedua orang tua yang tinggal di sana," kata Ulus yang ditemui, Minggu pagi.

Walau masih tampak kelelahan setelah menempuh perjalanan cukup lama, Ulus mengaku senang dan lega sudah tiba kembali di kampung halaman, berkumpulbersamakeluarga.

"Saya senang dan lega sudah bisa berkumpul kembali dengan keluarga besar saya. Bahkan sejak pagi kerabat dekat juga sudah berdatangan," ujar Ulus.

Ia berencana tinggal dulu beberapa hari di kampung halaman di Kampung Menol.

Selain untuk beristirahat juga memulihkan kembali rasa penat sehabis perjalanan dari Pulau Natuna hingga rumah.

"Saya belum ada rencana pulang ke rumah di Kota Tasik. Masih ingin di sini dulu, beristirahat bersama keluarga, termasuk kedua orang tua," kata Ulus.

Ulus mengungkapkan, setelah mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, langsung diantar pemerintah menuju kampung halaman.

"Minta mampir dulu ke Perum Bumi Lestari untuk menjemput ayah dan ibu," ujarnya.

Ulus telah bekerja di sebuah perusahaan pembuatan barang elektronik di Wuhan, dalam waktu empat tahun.

Ulus anak ketiga dari empat bersaudara memang selama ini tinggal di rumahnya di Perumahan Bumi Lestari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya bersama kedua orang tuanya, Karmin (65) dan Apang (60).

Kedua kakak dan seorang adiknya tinggal di Kota Tasikmalaya.

Yuyun (40), salah seorang tante Ulus, mengaku senang dan lega Ulus sampai kembali ke rumah, tak kurang suatu apapun.

"Sebenarnya kami sudah diberitahu oleh Ulus bahwa ia baik-baik saja selama di Wuhan. Tapi tetap khawatir juga. Sekarang sudah ada di rumah ya lega," ujarnya. (Surya/wil/nif, TribunJabar/man)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini