Laporan wartawan Tribunnetwork, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Proses evakuasi 283 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China -- lokasi merebaknya virus corona (Covid-19) memberikan satu peristiwa menarik bagi dokter Budi Sylvana. Ia adalah Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Budi Sylvana ditugaskan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto untuk mengawal proses evakuasi 283 WNI dari Wuhan.
Budi mengungkapkan, instruksi yang ia terima harus dilaksanakan dalam waktu kurang dari 24 jam. "Jadi saya terima perintah itu kurang dari 24 jam sudah harus berangkat. Awalnya perintah dari menteri untuk berangkat melakukan evakuasi dan observasi, begitu ada perintah seperti itu, tim bekerja," ungkap saat ditemui, Selasa (18/2/2020).
Budi menjelaskan, kala itu, pihaknya segera mematangkan persiapan. Mulai dari membuat tim yang bekerja menyiapkan skenario yang disesuaikan dengan protokol, membuat tim yang menyiapkan logistik dan juga tim yang menyiapkan lokasi observasi bagi 238 WNI tersebut.
Baca: Komisi IX Berharap 3 WNI Positif Virus Corona di Kapal Pesiar Diamond Princess Bisa Sembuh
"Itu langsung dipimpin Pak Menteri Terawan. Ada tim lain yang mempersiapkan kesehatan lingkungan, tim yang menyiapkan dukungan psikososial, nah ini kerja tim ini," kata Budi menegaskan.
"Ada juga tim yang menyiapkan bantuan kita ke Tiongkok, semua itu dipersiapkan kurang lebih dalam waktu 24 jam. Dalam 24 jam itu diperintahkan untuk evakuasi, nah itu semua serba cepat," katanya.
Ada 42 anggota tim yang terlibat dalam proses evakuasi WNI di Wuhan. Tim itu terdiri dari jajaran tim kesehatan Kemenkes, personel TNI serta kru maskapai penerbangan Batik Air.
Budi mengungkapkan, ketika menerima tugas tersebut, awalnya ia takut mengingat Wuhan merupakan lokasi utama merebaknya wabah Covid-19 yang tercatat kasusnya melebihi SARS beberapa tahun lalu. "Awalnya ketakutan pastinya. Menerima tugas harus ke Wuhan, epicenter-nya the outbreak (of Covid-19), dan kita harus datang ke pusatnya wabah," ungkapnya.
Baca: 14 Warga AS yang Dievakuasi dari Kapal Diamond Princess Positif Terinfeksi Virus Corona
Meski takut, Budi menegaskan tim tidak ke Wuhan serta merta. Ia mengklaim telah melakukan persiapan dengan baik sebelum menjemput 238 WNI dari Wuhan. Berbagai skenario evakuasi pun sudah disusun walau dalam waktu kurang dari 24 jam.
Budi memastikan keberangkatan dirinya dan tim menjemput WNI di Wuhan berjalan dengan ketat. Semua yang ada di dalam tim diwajibkan mengikuti skenario dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
"Semua yang berada dalam pesawat dari Wuhan ke Indonesia, harus mengikuti Skenario dan protokol yang kita susun. Insyaallah kita aman kalau kita penuhi protokol ini. Banyak skenario yang kita buat untuk menjamin keamanan bersama. Kurang lebih seperti itu," katanya.
Baca: Virus Corona di Diamond Princess, Pimpinan Komisi IX: Tak Perlu Karantina Lagi kepada 75 WNI Lainnya
SOP yang dimaksud Budi Sylvana di sini ialah penggunaan pakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua petugas evakuasi. APD berfungsi menjaga keselamatan seluruh anggota tim evakuasi yang datang ke Wuhan untuk membawa pulang 238 WNI yang terjebak di Wuhan, agar tidak tertular Covid-19.
APD, oleh Budi disebut pakaian minion. "Di pesawat ada SOP yang kita buat untuk petugas, itu harus menggunakan APD lengkap, baju Minion kalau saya bilang," ujarnya.
Menurut Budi, pengalaman mengenakan pakaian Minion adalah hal yang lucu. Namun demikian, lucu bukan berarti menyenangkan lantaran mengenakan APD membuat Budi sulit bernafas. APD seperti pakaian astronot.
"Itu pengalaman lucu juga. Jadi sepanjang dari Wuhan ke Indonesia, itu semua menggunakan pakaian Minion termasuk saya. Tentu tidak menyenangkan menggunakan pakaian itu, karena 'engap' (sulit bernafas,red) pakai pakaian astronot seperti itu," katanya menjelaskan.
Tim evakuasi WNI kemudian tiba di Wuhan, China Rabu malam sekira pukul 19:00 waktu setempat. Budi menceritakan, ketika tiba di bandara Wuhan, yang terlihat hanya senyap lantaran tidak ada aktivitas di sana, benar-benar sepi.
Kondisi di Wuhan kala itu seperti kota zombie. "Ketika kita landing di Wuhan saja itu tidak ada aktivitas di sana. Seperti memasuki daerah zombi. Kita proses boarding mulai pukul 01:00 malam dan itu WNI sudah berkumpul di sana (bandara Wuhan)," kata Budi menceritakan.
Perjalanan dari Wuhan menuju Natuna memakan waktu 10 jam. Dalam kurun waktu tersebut, Budi dan semua tim evakuasi tidak melepaskan pakaian APD. Hal tersebut membuat Budi dan semua anggota tim evakuasi tidak bisa makan dan minum selama 10 jam.
Baca: UPDATE: Total 4 WNI di Luar Negeri Terjangkit Virus Corona
Namun demikian, itu adalah bagian dari SOP yang telah ditentukan dan harus diwajibkan. Tujuannya ialah agar tim evakuasi tidak tertular Covid-19.
"Begitu kapten bilang boarding, kita langsung mengenakan pakaian Minion itu, dan itu (APD) tidak dilepas sampai di Natuna, termasuk pilot. Jadi kita tidak makan dan tidak minum selama 10 jam, takut juga kan. Kalau makan harus dibuka, karena tidak ada jaminan begitu pintu pesawat terbuka," kata Budi menceritakan.
Budi mengatakan APD digunakan hanya untuk meminimalisir risiko bagi petugas tim evakuasi terkena virus corona. "Kenapa begitu? Karena yang kita angkut itu orang sehat. Kita hanya kewaspadaan petugas. Kita kan petugas kesehatan, jadi kita harus meminimalkan risiko," katanya.
"Tidak semua mengenakan pakaian Minion, baju Minion adalah mereka yang closed contact. Contoh gini, kalau orang sakit di rumah sakit lihat, yang sakit pakai baju Minion tidak? Yang pakai baju Minion adalah orang yang closed contact, jadi yang mengenakan pakaian Minion ya petugasnya," kata Budi menceritakan.