News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pernyataan Ali Ngabalin Bela Kepala BPIP: Pemahaman Agama yang Sempit Musuh Terbesar Pancasila

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin memastikan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China, dan dikarantina di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, dalam kondisi sehat. Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat Natuna, Hendri, menyebut warga tetap saja takut lantaran jarak tempat karantina dengan pemukiman warga hanya 600 meter.

TRIBUNNEWS.COM - Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin dengan lantang membela Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang sempat mengatakan agama adalah musuh besar Pancasila.

Dalam kesempatan itu, Ngabalin membuka pernyataannya dengan pelan-pelan dan halus.

Menurutnya, hal itu ia lakukan agar semua yang mendengarkan ia berbicara bisa mengerti apa yang ia sampaikan.

"Saya agak pelan-pelan supaya bisa ditelaah pengertiannya dengan baik."

Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan keinginan WNI mantan anggota ISIS untuk dipulangkan ke Indonesia. Ali Ngabalin mempertanyakan apakah permintaan para WNI eks ISIS itu muncul semata karena ISIS tengah kalah. (YouTube Talk Show tvOne)

"Sebuah bangsa yang besar itu adalah bangsa yang para cerdik pandainya memberikan pencerahan kepada masyarakat yang tidak mengerti terhadap satu masalah."

"Dalam epistomologi ilmu, itu selalu mengajarkan kerangka berpikir setiap orang dalam memahami satu masalah," ujar Ngabalin sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu (19/2/2020).

Menurut Ngabalin, jika berbicara tentang masalah agama, maka agama itu sebagai satu sistem keyakinan nilai, mendasar, sakral dan menyeluruh.

"Kita bisa melihat dengan benar ketika apa yang disampaikan oleh Pak Yudian, beliau dengan tegas kemudian menyampaikan kepada kita semua dalam penjelasan lebih lanjut," paparnya.

Ngabalin mengatakan, tidak ada dasar bagi Kepala BPIP itu untuk meminta maaf atas pernyataan yang telah dilontarkannya.

"Karena itu memang tidak ada dasar prinsip yang harus disampaikan maaf dalam epistomologi ilmu dalam memberikan pencerahan kepada publik," ungkapnya.

Bahkan, Ngabalin menyesalkan sejumlah ormas keagamaan yang tidak klarifikasi langsung ke Yudian terkait kebenaran pernyataannya itu.

Sejumlah ormas yang dimaksud Ngabalin tersebut di antaranya adalah Nahdlatul 'lama (NU), Muhammadiyah serta Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Baca: Detik-detik Karni Ilyas Marah di ILC hingga Menggebrak Meja: Acara Malam Ini Bagi Saya Memalukan!

Baca: Sudjiwo Tedjo Tegur Politisi yang Main Ponsel saat Diskusi di ILC: Bu Irma, Saya Lagi Bicara . .

"Apakah Muhammadiyah salah, dan NU salah atau majelis ulama salah?"

"Saya hanya mau mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tabayyun, apa itu tabayyun? Cek and ricek," kata Ngabalin.

"Kalau ada satu masalah yang anda dengar menurut perintah agama."

"Kita paham agama kita mengerti tentang tauhid kita paham tentang syariah kenapa tabayyun itu tidak dilakukan dalam perintah Alquran," ujar Ngabalin.

Mendengar pernyataan Ngabalin tersebut, Presenter ILC Karni Ilyas kemudian melontarkan sebuah pertanyaan untuk Ngabalin.

"Salah dong, NU, Muhammadiyah dan MUI salah dong berarti?" tanya Karni Ilyas.

Ngabalin pun lantas berujar bahwa dalam persoalaan ini, Yudian adalah bagian dari saudara.

"Karena itu saya bilang, dalam posisi ini lah maka sebagai orang yang mengerti tentang agama, Yudian ini kan saudara kita, kawan kita." terangnya.

Menurutnya, Yudian adalah orang yang sudah mendapatkan mandat langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin BPIP.

Baca: Bahas Pernyataan Kontroversial Ketua BPIP, Sudjiwo Tedjo Tegur Fadjroel dan Ali Ngabalin, Minta Diam

"Orang yang diamanahkan oleh presiden untuk memimpin lembaga yang menjadi legacy Presiden Joko Widodo," terang Ngabalin.

Ngabalin justru berujar, bahwa setelah masa reformasi Pancasila menjadi tidak beraturan kedudukannya.

"Bagaimana tidak orang upacara 17 Agustus hormat bendera itu Thogut, Pancasila itu Thogut?"

"Kau mau hidup di negara mana?"

"Kerangka berpikir inilah yang harus dipakai karena itu perintah Alquran."

Ngabalin menambahkan, terlalu banyak orang beragama tapi tidak mengerti Tuhan yang disembah.

"Pemahaman agama yang sempit musuh terbesar Pancasila," tegas Ngabalin dengan nada tinggi dan bergetar yang diikuti tepuk tangan penonton

"Saya tidak ragu pernyataan Pak Yudian itu," imbuhnya.

Tonton video lengkapnya:

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini