"Karena sebetulnya sekarang ini telah terjadi sikap umum yang cenderung, terutama dikalangan keluarga tidak mampu itu pasti akan mencari pasangan juga sesama tidak mampu."
"Yang miskin juga cari orang yang sama miskin, ini yang bikin mata rantai kemiskinan tidak jadi terputus, salah satu penyebabnya itu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, ketika orang miskin menikah dengan orang miskin maka akan mencipatkan keluarga miskin baru.
Baca: Menko Muhadjir Usulkan Menag Fachrul Terbitkan Regulasi Si Kaya Menikah dengan Si Miskin
Baca: Fatwa si Kaya Nikahi si Miskin hanya Intermezzo, Muhadjir: Ceramah Tak Dimuat, Guyonan Jadi Headline
Padahal, saat ini pemerintah tengah berupaya untuk menurunkan jumlah keluarga miskin.
Diketahui, jumlah keluarga miskin di Indonesia mencapai 9,4 persen dari total 57 juta rumah tangga.
"Dan kita kan punya sekarang ini keluarga miskin 9,4 persen dari total 57.116. 000 ribu rumah tangga per September 2019
"Itu 9,4 persen hampir 5 juta keluarga miskin dan salah satu yang saya amati walupun ini belum penelitian yang mendalam."
"Ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat di mana orang akan mencari kesetaraan," terangnya.
Kesetaraan yang dimaksud Muhadjir adalah, orang yang kaya akan memilih menikah dengan yang kaya, dan orang yang miskin akan memilih menikah dengan yang miskin.
Baca: Muhadjir Sebut Masalah Data Jadi Sebab Anggaran Stunting dan Kemiskinan Tak Tepat Sasaran
"Karena sesama miskin lahirlah keluarga baru yang miskin," terangnya.
Muhadjir berharap, ada gerakan moral yang bisa menghilangkan cara-cara pandang tersebut.
Dengan cara orang kaya bersedia menikah dengan orang yang miskin.
"Inilah yang kita harapkan ada gerakan moral untuk menghilangkan cara-cara pandang yang menurut saya tidak terlalu baik untuk upaya kita memotong mata rantai kemiskinan," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri) (Kompas.com/Haryanti Puspa Sari)