"Tapi itu katanya sama warga sudah diingetin mending nggak usah tapi tetap melanjutkan."
"Mendengar ada yang memperingatkan warga, katanya (kakak pembina) ya nggak papa kalau mati juga ditangan Tuhan," jelas Tita.
Musibah menimpa SMPN 1 Turi Kabupaten Sleman, Yogyakarta sebanyak 249 siswa hanyut di Sungai Sempor, Jumat (21/2/2020).
Baca: UPDATE Tregedi SMPN 1 Turi Sleman: 2 Belum Ditemukan, Kepsek Akui Tak Tahu hingga Ada Satu Tersangka
Kegiatan Pramuka yang diselenggarakan merupakan bagian dari kegiatan susur sungai tersebut.
Humas Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Surakarta sekaligus Sekretaris Pramuka Peduli Arba'in Rajab Nugroho turut berbelasungkawa atas kejadian tersebut.
"Yang pasti pertama saya ikut berbelasungkawa sedalam-dalamnya, semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran," ungkap Arba'in, dikutip Tribunnews sebelumnya, Sabtu (22/2/2020).
Arba'in menyayangkan, kegiatan susur sungai dilakukan saat kondisi musim penghujan.
"Ya sangat disayangkan, kenapa susur sungai saat musim hujan," ungkap Arba'in.
Arba'in pun menyampaikan pentingnya seorang Pembina Pramuka mengerti terkait manajemen risiko.
Baca: Jenazah Salah Satu Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi Dimakamkan Tepat di Hari Ulang Tahunnya
"Seorang Pembina Pramuka perlu memahami petunjuk penyelenggaraan kebijakan manajemen resiko dalam gerakan Pramuka," ungkapnya.
Arba'in menilai, sudah ada pegangan untuk kegiatan pramuka.
Yakni Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No 227 Tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kebijakan Manajemen Risiko dalam Gerakan Pramuka.
Arba'in menyebut dasar manajemen risiko tersebut bertujuan untuk menangani berbagai akibat negatif baik secara moril maupun materiil.
"Hal ini pastinya dalam pelaksanaan kegiatan di lingkungan Gerakan Pramuka, baik dalam skala kecil di gugus depan maupun skala besar di cabang, daerah, maupuan nasional," ungkapnya.
Baca: Korban Meninggal SMPN 1 Turi Sleman Semua Perempuan, Kepala SAR DIY: Kondisi Pakaian Berpengaruh