TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Center for Neuroleadership Development adakan diskusi seputar otak yang sehat dalam beragama di Jakarta, baru-baru ini.
Forum ini bertujuan sebagai sebuah ruang dialog keilmuan dan kepemimpinan bagi para keystakeholders yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam membangun kecerdasan otak kerja berbasis Akhlak, Moral dan Spiritual dan mewujudkan harmoni sosial dengan tinjauan dari sudut pandang Neurosains Modern.
Forum ini menghadirkan sejumlah pembicara yang memiliki kompetensi di bidangnya, yakni Menteri Agama RI Fachrul Razi, Prof. Taruna Ikrar, DR. Tauhid NurAzhar, DR. Komarudin Hidayat, hingga Franz Magnis Suseno.
Baca: 6 Hal Menarik yang Bisa Kamu Lakukan di Cimory On The Valley Semarang
Baca: Saat Gubernur Khofifah Menenangkan Calon Jemaah Umrah yang Tunda ke Tanah Suci
Dalam sambutannya, Menteri Agama RI Fachrul Razi mengatakan, orang beragama di Indonesia harus menunjukkan sikap yang ramah terhadap orang dengan aliran kepercayaan atau ideologi yang dimiliki bangsa lain.
Ia mencontohkan di banyak negara-negara Islam lainnya dimana sebelumnya demikian eksklusif kini telah membuka diri. Sikap intoleran akan membuat kita terisolasi dan tertinggal.
"Islam sebagai agama mayoritas perlu menuju ummat wasathiyah, yaitu yang terbuka dan ini berawal dengan mengubah cara berpikir dan menyadari peran otak sehat dalam beragama," katanya.
Forum ini merekomendasikan agar pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama menjadikan konsep berpikir sehat dengan pendekatan empirik dan kualitatif sebagai acuan dalam mengembangkan pendidikan beragama di Indonesia. Komunitas Neuroleadership Indonesia berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut.