Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, pihaknya masih memeriksa sebanyak tiga orang yang diduga terinfeksi virus Corona.
Saat ini, semuanya masih diisolasi di ruang khusus.
Baca: Pemerintah Diminta Tegas Umumkan Indonesia Bersih dari Wabah Virus Corona
Sejauh ini, Syahril menuturkan, pihaknya telah memeriksa 24 orang yang diduga terinfeksi virus Corona.
Namun, 21 orangnya dinyatakan telah negatif terjangkit virus tersebut.
"21 orang sudah pulang negatif semua. Tinggal tiga yang sekarang masih dirawat tinggal menunggu hasil pemeriksaan yang kedua. Enggak ada masalah," kata Syahril kepada Tribunnews.com, Sabtu (29/2/2020).
Ia menuturkan, pasien tersebut diperiksa karena mengalami sakit setelah memiliki riwayat perjalanan ke wilayah pandemik virus Corona.
Mulai dari Wuhan, China, Jepang, Korea hingga ke Jepang dalam 14 hari terakhir.
Menurutnya, gejalanya sakit yang dirasa pasien biasanya demam tinggi hingga 38 derajat, batuk, pilek hingga sakit tenggorokan.
"Atau bisa juga orang tersebut kontak dengan pasien yang kena virus corona. Istilahnya bukan suspect tapi pasien dalam pengawasan," jelas dia.
Lebih lanjut, ia menuturkan, pasien tersebut akan mendapatkan perawatan di ruang isolasi paling lama lima hari ke depan.
Baca: Meski Ada Virus Corona, DFSK Pastikan Pengiriman Komponen Produksi Berjalan Lancar
Total, ada dua pemeriksaan yang dilalui ketiga pasien tersebut sebelum diketahui hasil apakah terjangkit atau tidak virus Corona.
"Jadi selama empat dan lima hari itu dia ada di ruang isolasi sembari menunggu di ruang laboratorium. Jadi tenang aja, nggak apa apa. Pasiennya semua sudah sehat," pungkasnya.
Pemerintah diminta tegas
Pemerintah diminta tegas menyatakan Indonesia clear and clean dari wabah virus corona.
Menurut Anggota Komisi VIII Fraksi PKS, Ikhsan Qolbu Lubis, hal ini perlu diterapkan agar pemerintah Arab Saudi bijaksana menerima jamaah umrah yang sementara ini dihentikan.
"Soal penghentian sementara umrah, kami harap Saudi arif. Indonesia perlu tegas menyatakan virus corona belum ada. Indonesia clear and clean jangan ada hoaks," tegasnya saat menjadi narasumber diskusi bertajuk "Mengukur Efek Virus Corona: Siapkah kita?" di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).
Lebih lanjut, Ikhsan Qolbu juga menyoroti adanya analisis oleh Universitas di Eropa yang menyatakan Indonesia tidak mungkin tidak terpapar virus corona.
Dia merasa analisis itu harus dijawab dengan lugas oleh pemerintah, jangan hanya berasumsi.
"Harus dijawab oleh pemerintah bahwa memang kita clear and clean jangan hanya asumsi. Ini bentuk rahmat Tuhan sama bangsa kita. Indonesia jangan buat sikap yang membuat publik bingung," tambahnya.
Terpisah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tidak ada pasien penderita virus corona di Jakarta.
Hal ini disampaikan Dinas Kesehatan DKI merujuk pada hasil tes laboratorium Litbangkes Kementerian Kesehatan.
Pernyataan ini sekaligus meluruskan informasi yang beredar lewat foto dari salah satu slide paparan Dinkes DKI tentang Kewaspadaan Corona Virus Disease 2019 di Jakarta.
Kepala Dinkes DKI Widyastuti menuturkan informasi yang diberitakan tidak secara benar dan utuh menjelaskan isi paparan.
"Pemeriksaan sampel di Litbangkes Kemenkes RI menunjukkan hasil negatif corona di DKI Jakartan' kata Widyastuti dalam keterangannya, Sabtu (29/2/2020).
BI optimis
Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5 persen hingga 5,4 persen pada 2020 di tengah penyebaran wabah virus corona.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma mengatakan, kemungkinan mencapai batas atas proyeksi pertumbuhan ekonomi masih ada.
Baca: Pemerintah Terus Yakinkan Arab Saudi bahwa Indonesia Bebas Virus Corona
"Kita harus optimis, kita revisi jadi 5 persen hingga 5,4 alasannya mayoritas karena virus corona. Pemulihannya akan membaik kuartal II," ujarnya di Bandung, Sabtu (29/2/2020).
Selain itu, BI juga memperkirakan perekonomian dunia juga akan meningkat mulai dari kuartal II ke kuartal IV didorong pemulihan dampak virus corona di China.
Sementara dari sisi domestik, BI sudah menurunkan suku bunga 25 basis poin tahun ini menjadi 4,75 persen dan pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan mendorong perekonomian.
Kendati demikian, Wira menjelaskan, transmisi kebijakan suku bunga butuh waktu untuk berdampak ke perekonomian nasional pada 2020.
Baca: KTT ASEAN-US Ditunda, Bagaimana Nasib Uang Sewa Pesawat? Ini Jawaban Istana
Kemudian, otoritas fiskal bisa mengoptimalkan belanja pemerintah, tidak hanya mitigasi, tapi jaga momentum pertumbuhan ekonomi tahun-tahun kedepan
"Dari reformasi struktural yang sudah dilakukan, satu diantaranya Omnibus Law. Kalau berjalan mulus akan tingkatkan investasi, dengan koordinasi yang baik ini maka pertumbuhan ekonomi 5,4 persen bisa tercapai," pungkas Wira.