Menurut dia, dalam konteks beragama akidah dan syariat saat ini sudah rampung. Yang belum rampung adalah tanggung jawab (masuliyyah ardhiyyah).
Umat Islam perlu menguasai materi dan ilmu pengetahuan (sains) yang bersifat dinamis dan inovatif.
Demikian halnya, juga dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kiai Said menilai Pancasila sudah final.
“Sila pertama sudah baik, sila kedua oke, demikian juga sila ketiga dan sila keempat. Sila ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih jauh panggang dari api,” kata dia.
Menurut dia, Indonesia saat ini dikuasai kekuatan para pemilik modal yang semakin memunculkan kesan menguatnya sistem oligarki.
Kekuasaan politik dikuasai mereka para pemodal. Sebagai timbal baliknya, pemodal tersebut akan mendapatkan proyek-proyek strategis.
“Dalam konteks ini, negara sebenarnya dalam kondisi very danger,” katanya.
Sebagai respons kondisi di atas, Kiai Said berpesan agar IKANU menjadi organisasi profesional sekaligus proporsional, open management, inklusif bekerjasama dengan berbagai pihak asal positif, dan yang terpenting adalah tanggung jawab.
Ketua IKANU, KH Faiz Syukron Makmun, menjelaskan, rekomendasi eksternal tersebut akan disampaikan kepada pemerintah melalui jalur eksektif, legislatif, dan yudikatif.
Dengan harapan, sedikit sumbangan pemikiran ini bisa memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.
Sementara itu, kata dia, Rakernas IKANU juga merekomendasikan penguatan hubungan antara NU dan institusi Al Azhar Mesir yang mempunyai kesamaan visi, ideologi, dan pergerakan.
Para alumni Mesir diharapkan menjadi duta perekat komunikasi antarkedua institusi tersebut.
“Rakernas IKANU meminta alumni pro aktif dalam membangun hubungan Al Azhar dan NU,” kata dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Rakernas yang mengangkat tema “Nahdliyin dan Tantangan Ekonomi 4.0” dihadiri ratusan alumni NU Mesir.
Hadir sebagai pembicara Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, pengasuh Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, KH Husein Muhammad, dan pengasuh Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, dan KH Asep Saifuddin Chalim.
Dalam Rakernas kali ini juga diresmikan Yayasan Menara IKANU Azhary sebagai wadah konsolidasi dan optimalisasi kader IKANU Mesir.