TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Rabu 25 Maret 2020 diperingati hari raya umat Hindu.
Nyepi ini merupakan hari raya yang selalu diadakan setiap Tahun Baru Saka.
Dilansir Balipedia.id, Hari raya umat Hindu, Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) atau yang dipercayai sebagai hari penyucian dewa-dewa yang berasa di pusat Samudera yang membawa intisari amerta air hidup.
Seluruh umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap para dewa tersebut.
Hari raya nyepi ini berasal dari kata sepi, sunyi atau senyap.
Hari Raya nyepi ini sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan pada penanggalan kalender caka, sejak 78 Masehi.
Nyepi ini dimaknai sebagai hari tanpa ada aktivitas seperti biasanya.
Semua kegiatan di Bali saat Hari Raya Nyepi ditiadakan, dan hampir semua tempat usaha dan pelayanan umum ditutup.
Tujuan dari Hari Raya Nyepi ini adalah untuk memohon kepada Sang Kuasa untuk menyucikan Bhuana Alit dan Bhuana Agung.
Bhuana Alit ini dimaknai sebagai alam manusia/microcosmos, sementara Bhuana Agung atau macrocosmos dimaknai sebagai alam semesta.
Hari Raya nyepi biasanya bersamaan dengan Hari Raya Waisak, ditetapkan sebagau hari libur nasional berdasarkan keputusan presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.
Sejarahnya, Agama Hindu berasal dari india, dengan ajaran kitab suci Weda, yang bermula sejak awal masehi, dimana negara India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengaami knflik dan krisisi sosial yang berkepanjangan.
Tak jarang juga terjadi pertikaian antar suku-suku , menang kalah sudah menjadi biasa dalam pertikaian sosial antar kalangan.
Ini semua didasari oleh perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama kala itu.
Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi bermacam-macam.
Masing masing memiliki umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, dan juga memiliki penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.
Pertikaian panjang pada akhirnya terjadi, yaitu ketika suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.
Ketika itu, diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.
Sejak pada tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia.
Baca: 8 Fakta Hari Raya Nyepi, Mulai dari Pantangan hingga Banyaknya Promo Hotel
Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Hari Nyepi, 25 Maret 2020, Jabodetabek Hujan hingga Angin
Sejak saat itu kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.
Maka dari itu peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.
Kemudian keberhasilan ini diumumkan keseluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampai ke Indonesia.
Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di Jawa di Desa Waru Rembang Jawa Tengah tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.
Sang Aji Saka telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, serta juga sebagai pengiring caraka yang diriwayatkan sebagai lahirnya aksara Jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo.
Aji Saka diiringi oleh dua orang punakawan yang sama-sama setia, sakti, teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada Sang Pandita Aji Saka.
Dilansir grid.id, setiap Hari Raya nyepi seluruh umat Hindu akan melakukan berbagai acara, yang dimulai dari sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan higga selesai.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini adalah rangkain cara saat Hari Raya Nyepi di Bali:
1. Upacara Melasti
Dilansir dari kompas.com, dua hari sebelum hari raya Nyepi, biasanya umat Hindu melaksanakan upacara Melasti yang dilakukan umat Hindu Bali dan melaksanakan sembahyang di laut.
Upacara tersebut bertujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi yang berarti melebur segala macam kotoran pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dalam upacara Melasti, umat Hindu yang mengikuti acara tersebut akan mendapatkan air suci yang disebut Angemet Tirta Amerta.
Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut merupakan air kehidupan.
Biasanya Melasti juga menjadi saat dimana benda-benda sakral disucikan.
Pelaksaaan Upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, tiga dewa dalam Agama Hindu.
Tiga dewa tersebut yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma
2. Menghaturkan Bhakti /Pemujaan
Dilansir dari balipedia.id, kegiatan ini dimaknai sebagai penghaturan bhakti.
Biasanya dilakukan di Balai Agung atau Pura Desa di setiap desa pakraman.
Dilakukan penghantaran bhakti setiap setelah kembali dari rangkaian kegiatan mekiyis.
Baca: Pemberian Remisi Khusus di Hari Raya Nyepi Hemat Anggaran Makan Narapidana Hingga Rp 542 Juta
Baca: Ucapan Hari Raya Nyepi 2020 dalam Berbagai Bahasa, Cocok untuk Status WA, Facebook & Twitter
3. Tawur Agung/mecaru
Dilnsir dari balipedia.id setiap catus pata (perempatan) desa/pemukiman, lambang menjaga keseimbangan.
Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan Dewa, manusia Bhuta.
Kegiatan ini sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi div/dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit).
4. Ngerupuk dan Pawa Ogoh-ogoh
Dilansir dari grid.id, acara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga ini berguna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala.
Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan.
Acara pawai Ogoh-ogoh menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat Nyepi.
Acara ini diadakan sehari sebelum Nyepi, dan biasanya ditandai dengan patung Ogoh-ogoh yang diusung oleh banyak orang dan diarak berkeliling dan kemudian dibakar.
5. Nyepi
Dilansir dari Kompas.com, kegiatan Neypi dilakukan selama 24 jam, biasanya dimulai dari pagi hingga keesokan harinya.
Umat Hindu melaksanakan empat pantangan yakni tidak boleh melakukan kegiatan, tidak boleh keluar rumah, tidak boleh mencari hiburan, dan tidak boleh menyalakan api.
Begitu juga dengan wisatawan, tidak boleh keluar atau berjalan jalan adalah peraturan yang harus ditaati saat berkunjung ke Bali di Hari Nyepi.
Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan).
6. Ngembak Geni
Dilansir dari balipedia.id, setelah berlagsungnya kegiatan nyepi diadakan kegiatan Ngembak Geni, yaitu warga Bali bersilaturahmi ke sanak saudara.
Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi seperti saat ini.
Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran.
7. Ritual Omed-omedan
Dilansir dari grid.id, setelah itu ada ritual Med-medan atau dikenal pula Omed-omedan.
Merupakan acara setelah melakukan kegiatan Ngembak Geni, dan dilaksanakan satu hari setelah nyepi.
Tradisi ini dimaksudkan untuk menjalin keakraban dan kerukunan warga dengan simbol berpelukan.
Saat tradisi berlangsung, biasanya pemuda dan pemudi dibopong berhadapan dengan disiram air, kemudian mereka dipertemukan agar saling berpelukan.
Itu tadi adalah serangkaian kegiatan saat Hari Raya Nyepi di Bali.
(Tribunnews.com/Oktaviani Wahyu Widayanti)