News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Ketua Koordinator Warteg Nusantara Mukroni: Pengusaha Warteg Bingung

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Koordinator Warteg Nusantara Mukroni

Laporan wartawan Tribunnews.com,Lucius Genik

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Ketua Koordinator Warteg Nusantara Mukroni mengungkap, hampir semua pengusaha informal terimbas kebijakan physical distancing sebagai upaya mencegah penularan pandemi virus corona (Covid-19).

Tak terkecuali pengusaha warteg di ibu kota dan sekitarnya. Mukroni mengaku para pengusaha warteg kini menjadi serba salah, mudik atau tidak pada Hari Raya tahun ini.

Mukroni mengungkapkan, baru-baru ini banyak warteg kecil di wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta banyak yang mulai tutup.

Bila dihitung dari tingkat persentasenya, angka warteg kecil yang tutup berada di kisaran 10 hingga 15 persen.

Baca: PT KAI Daop I Batalkan 28 Perjalanan KA Jarak Jauh Periode 1 April Hingga 1 Mei 2020

Penyebab warteg kecil tutup lantaran mayoritas pelanggan warteg yang berasal dari kalangan menengah ke bawah pun mulai berhenti bekerja.

Baca: Update Corona 29 Maret 2020 Dunia: Amerika 100 Ribu Kasus Lebih, China Paling Banyak Sembuh

Pengusaha warteg banyak merugi. Bisnis makanan, apabila tidak laku dalam satu hari maka akan hangus. Warteg kecil tak mampu bertahan dan memilih untuk tutup.

Mukroni mengatakan, minimnya pemasukan dan mahalnya biaya operasional warteg menjadi penyebab mayoritas warteg kecil di Jabodetabek tutup.

"Karena pendapatannya kurang, income yang didapat pun akhirnya untuk bayar listrik, untuk mempersiapkan dagangan lagi. Jadinya hanya untuk operasional saja," kata Mukroni kepada Tribun, Jumat (27/3).

Baca: Cara Daftar SNMPTN 2020 untuk KIP Kuliah Ditutup 31 Maret, Akses kip-kuliah.kemendikbud.go.id

Berikut petikan wawancara lengkap Tribun dengan Mukroni.
Dampak bagi pengusaha warteg terkait dengan wabah Covid-19 ini?
Cukup besar. Saya amati, dibanding krisis moneter 1998, ini bakal lebih dahsyat pengaruhnya.

Karena sekarang orang pada takut keluar, artinya mereka tidak kerja. Para pelanggan warteg seperti supir, ojol, pokoknya kelas menengah ke bawah.

Mereka tidak masuk kerja, pendapatan warteg terus merosot.

Baca: 5 Orang di Tasikmalaya Positif Corona, Warga Pendatang yang Tak Ada Urusan Penting Akan Diusir

Terus yang kedua langganan yang punya duit juga sekarang susah. Kalau dulu warteg masih berkibar, karena murah makanannya di sana.

Baca: Cegah Corona & Hibur Masyarakat, Finalis AFI 1 Kompak Nyanyi di Rumah, Lihat Penampilan Mereka Kini

Berapa rata-rata penghasilannya warteg di tengah wabah covid ini?
Masing-masing pendapatannya. Kalau warteg kecil pastinya di angka Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Punya masing-masing lah (pendapatan).

Dengan pemasukan segitu, kalau untuk menanggung biaya hidup suami istri dan seorang anak tentunya cukup. Masih ada untung Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.

Sekarang virus corona mewabah, pendapatannya untuk bayar listrik, mempersiapkan dagangan lagi. Hanya untuk operasional saja.

Baca: Kini Rumah Disterilisasi, Gegara Keluarga Nekat Buka Plastik & Mandikan Jenazah PDP Corona di Rumah

Apa keluhan dari pemilik warteg terkait wabah Covi-19 ini?
Keluhannya sepi pengunjung. Pernah ada yang mau tutup, kebetulan ada bantuan dari pihak swasta, akhirnya mereka menunda tutup.

Kalau mereka tutup apa mereka bisa pulang kampung ke Tegal?
Pulang kampung sekarang susah. Seperti buah simalakama, Tegal sekarang sudah di lockdown. Justru di momen seperti ini malah agak riskan untuk pemilik warteg pulang kampung.

Baca: Kucing di Belgia Terjangkit Covid-19, Alami Gejala Diare sampai Sesak Napas

Cuma masalahnya di sini (Jakarta) kalau tidak ada pendapatan juga susah. Anak-anak mereka di kampung butuh makan, kebutuhan pokok. Ini berarti menyuapi dua tempat.

Para pemilik warteg bebannya tambah berat. Harus menghidupi keluarga di Jakarta dan di kampung sementara pendapatan terus menurun di tengah wabah corona.

Baca: Mulai 1 April, Operasional Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta Akan Dibatasi

Harapannya kepada pemerintah?
Pemilik warteg yang masih punya tunjangan cicilan, atau kredit, supaya sementara ditangguhkan.

Bahan pokok dipantau agar harganya tetap terjangkau, kalau bisa pedagang warteg ada semacam subsidi untuk tetap berjualan dan bertahan hidup.

Terus tanggungan listrik, kalau bisa saya harap sementara ini dibebaskan.

Baca: KABAR BAIK Wakil Wali Kota Bandung Berhasil Sembuh dari Corona, Ungkap Proses Penyembuhan yang Berat

Pemerintah punya banyak fasilitas dan regulasi, tinggal melaksanakan bagaimana rakyat ini bisa makan, bisa hidup, bisa sehat, agar bisa menghadapi Corona kan.

Makanannya terjamin, baik di Jakarta maupun di daerah. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini