News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belva Mundur sebagai Stafsus, Ekonom: Milenial Harus Punya Integritas

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bhima Yudhistira Adhinegara

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mundurnya Adamas Belva Syah Devara sebagai staf khusus (stafsus) 'milenial' Presiden Joko Widodo (Jokowi), membuat banyak pihak melontarkan komentar pro dan kontra.

Satu diantaranya Ekonom INDEF Bhima Yudhistira yang menanggapi bijak keputusan yang diambil CEO sekaligus Founder Ruangguru itu.

Sebelumnya, Bhima memang sempat menyampaikan undangan debat terbuka terhadap Belva terkait isu Kartu Pra Kerja, Konflik Kepentingan, Oligarki Milenial serta permasalahan lainnya yang dihadapi bangsa ini di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Bahkan ia telah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan Belva, namun belum ada tanggapan terkait ajakan debat tersebut.

Baca: 8 Awak KM Dorolonda Dinyatakan Positif Corona Usai Jalani Rapid Test di Tanjung Priok

Baca: Gedung Sekolah di DKI Jakarta Jadi Tempat Isolasi, Arist Merdeka Sirait Berikan Catatan

Hingga akhirnya pengumuman pengunduran diri sebagai stafsus Presiden muncul dalam postingan di akun resmi Instagram pribadi milik alumni Stanford University itu.

Perlu diketahui, Belva memang sempat menjabat sebagai Stafsus 'milenial' Presiden, namun ia ternyata telah mengajukan surat pengunduran dirinya pada 15 April lalu.

Bhima pun mengapresiasi langkah yang diputuskan Belva untuk memilih hengkang dari lingkaran pemerintahan dan fokus menjalankan bisnisnya.

Menurutnya, ini merupakan contoh sikap milenial yang profesional.

"Saya mengapresiasi mundurnya kawan Belva Devara dari posisi staf khusus presiden sebagai bentuk pertanggungjawaban milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya," ujar Bhima, Selasa (21/4/2020) malam.

Bhima kemudian menilai, sikap Belva kali ini memberikan contoh bahwa sebagai sosok milenial, sangat penting untuk menjaga integritas dan menghindari konflik kepentingan yang bisa saja muncul saat masuk dalam lingkup pemerintahan.

"Belva telah menunjukkan bahwa milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di pemerintahan," kata Bhima.

Sebelumnya, Bhima mengakui bahwa dirinya memang mengajak Adamas Belva Syah Devara untuk melakukan debat terbuka.

Pengajuan ajakan debat ini terkait dengan isu Kartu Pra Kerja, Konflik Kepentingan, Oligarki Milenial serta permasalahan lainnya yang dihadapi bangsa ini di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Ia mengaku sudah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan CEO sekaligu Founder Ruangguru itu, namun hingga kini belum ada jawaban terkait ajakan debat tersebut.

Bhima pun menegaskan bahwa ajakan debat terbuka ini merupakan inisiatif pribadinya sebagai seorang Ekonom tanpa membawa lembaga yang selama ini menaunginya.

"Saya nggak pakai nama lembaga (di mana saya bekerja) ya, ini tanggung jawab pribadi sebagai ekonom saja. Saya sudah berusaha kontak via media sosial dan kontak langsung tapi masih menunggu jawaban," ujar Bhima, Minggu (19/4/2020).

Menurut Bhima, penting bagi publik untuk mengetahui seperti apa ide-ide yang bisa dimunculkan oleh salah satu stafsus milenial ini.

Terlebih dalam situasi menghadapi pandemi corona.

"Iya, sebagai perwakilan milenial dan cukup dekat dengan presiden, saya kira penting bagi publik untuk menilai gagasan dari stafsus milenial di tengah Covid-19," jelas Bhima.

Selain itu, Bhima juga tertarik dengan posisi yang kini dipegang oleh Belva yang belum melepaskan jabatan strategisnya di Ruangguru, padahal sudah masuk ke dalam pemerintahan.

Perlu diketahui, Skill Academy by Ruangguru menjadi salah satu dari 8 digital platform yang ditunjuk pemerintah untuk mengisi pelatihan pada program Kartu Pra Kerja.

"Kemudian terkait indikasi adanya konflik kepentingan, antara CEO sebuah platform yang dijadikan mitra pemerintah dalam program Kartu Pra Kerja, dan posisinya juga sebagai staf kihusus presiden," kata Bhima.

Bhima pun mengaku benar-benar ingin mengetahui seperti apa perspektif Belva dalam memandang tata kelola sistem pemerintahan.

Karena menurutnya, biasanya para kaum milenial selalu kritis dalam menyampaikan kritik untuk merubah birokrasi menjadi lebih baik.

"Ini cukup menarik bagaimana milenial memandang governance, praktik tata kelola yang baik, karena milenial dikenal sebagai kelompok sosial yang progresif, kritis dan menginginkan perubahan birokrasi, bukan menjadi oligarki baru," tegas Bhima.

Ia pun kemudian membandingkan sikap Belva dengan Nadiem yang rela melepas jabatannya sebagai CEO Go-Jek saat masuk dalam jajaran kabinet dan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Karena ia menilai, tidak ada lagi konflik kepentingan ketika Nadiem memilih untuk hengkang dari decacorn itu.

"Nadiem lepas jabatan (di Go-Jek), ya harusnya begitu, itu yang ideal karena nggak ada konflik kepentingan," pungkas Bhima.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini