Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 18 Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melayangkan surat kepada pimpinan KPK terkait minimnya fasilitas rumah tahanan di tengah pandemi virus corona.
Menanggapi hal itu, pengamat hukum dari Universitas Al-Azhar Indonesia Suparji Ahmad menyebut perlu ada jaminan kesehatan bagi para tahanan agar terhindar dari penyebaran virus corona.
Suparji menilai kualitas kesehatan tahanan melalui makanan harus diberikan dan dijaga oleh petugas rumah tahanan (Rutan) maupun Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
"Diperlukan kebijakan yang bertujuan mencegah penyebaran virus corona, misalnya saat sahur, buka dan lainnya," ujar Suparji, kepada wartawan, Kamis (23/4/2020).
Jelang bulan Ramadhan, Suparji juga menilai perlu peningkatan kualitas makanan para tahanan terutama ketika sahur.
Pasalnya, kata dia, kebanyakan tahanan akan mengkonsumsi makanan yang dikirim keluarga dengan jarak antara makanan yang diantar dan waktu konsumsinya cukup lama.
"Yang utama adalah memastikan bahwa semuanya tidak tercemar, artinya dijaga kebersihannya," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, beredar surat dari tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditujukan kepada pimpinan KPK terkait minimnya fasilitas rumah tahanan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Berdasarkan surat yang diterima Tribunnews.com, surat tersebut ditandatangani oleh 18 tahanan dan dikirim tanggal 8 April silam.
Para tahanan mengungkap anggaran makanan yang minim sebesar Rp32 ribu untuk tiga kali makan dalam sehari tak akan mampu memenuhi kebutuhan gizi mereka.
"Kami memahami keterbatasan anggaran penyediaan makanan tahanan oleh APBN menjadikan terbatasnya gizi makanan yang diberikan, bahkan di bawah standar kebutuhan pokok kalori harian tahanan, yang berdasarkan berita di televisi hanya senilai Rp 32.000,- perhari untuk 3 (tiga) kali makan," tulis para tahanan dalam surat tersebut yang diterima Tribunnews.com, Rabu (22/4/2020).
Karenanya, dalam surat itu mereka meminta KPK memfasilitasi tahanan dengan kompor gas atau listrik dan kulkas.
Mereka beralasan kondisi kunjungan keluarga atau pengiriman makanan hanya bisa dilakukan dua kali dalam sepekan dan dirasa kurang.