"Karena Kartu Prakerja justru lebih banyak menjadi agen aliran dana untuk para perusahaan penyedia training yang sebetulnya training-training itu bisa didapat dari YouTube," katanya, dikutip dari Kompas.com, Jumat.
Baca: Sejarah Hari Buruh Internasional 1 Mei, Dipicu Kerusuhan Haymarket di Chicago
Baca: Tak Hanya Pekerja Kantoran, Buruh Tani Juga Terdampak Pandemi Virus Corona
Jumisih menyebut yang sebenarnya dibutuhkan rakyat adalah kebutuhan bertahan hidup dan asupan gizi yang memadai dalam situasi pandemi.
"Serta bagaimana setelah pandemi ada lapangan pekerjaan yang tersedia," ucap Jumisih.
Buruh Keluhkan Pendaftaran Kartu Pra Kerja
Dikutip dari TribunBanyumas.com, Ketua Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (KSBI) Jawa Tengah, Wahyudi menyatakan, mekanisme Kartu Pra Kerja sangat menyulitkan.
Selain karena dilakukan secara daring, keterbatasan pengetahuan para buruh juga menjadi penyebabnya.
Baca: Pekerjaan Sepi karena Corona, Janda Buruh Cuci Ini Masak Batu agar 8 Anaknya Mengira Ada Makanan
Baca: Hari Buruh 1 Mei, Polisi Pastikan Tidak Ada Aksi Turun ke Jalan
"Kami minta kebijakan pemerintah agar proses pendaftaran Kartu Prakerja ini dipermudah."
"Banyak teman-teman kami yang belum melek teknologi dan kesulitan mengakses," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (29/4/2020).
Menurutnya, banyak buruh yang tidak memiliki atau tidak bisa mengoperasikan ponsel pintar.
"Sudah banyak anggota kami yang mengeluh soal ini. Sulit mengakses masuk kartu Prakerja."
"Padahal, Kartu Prakerja bagaikan angin Surga buat kami para buruh yang di-PHK atau dirumahkan saat ini," jelasnya.
(Tribunnews.com/Reynas Abdila/Vincentius Jyestha) (TribunBanyumas.com/Mamdukh Adi Priyanto)