News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang Jatuh pada Tanggal 2 Mei

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Simak sejarah peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei.

Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Kritik Ki Hajar Dewantara terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda.

Kemudian, ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional yang kedua oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Baca: 10 Kutipan Populer Ki Hajar Dewantara untuk Hari Pendidikan Nasional, Berikut 20 Ucapan Hardiknas

Filosofi tersebut digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959.

Kemudian, untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Dikutip dari Kompas.com, sistem pendidikan yang ada di Indonesia pada era penjajahan Belanda sangat memprihatinkan.

Pada masa itu, sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda tidak mau menerima masyarakat Indonesia yang berasal dari kalangan biasa.

Mereka hanya menerima masyarakat yang berasal dari kalangan menengah atas.

Meskipun kalangan menengah atas bisa bersekolah yang didirikan oleh Belanda, namun hanya terbatas, diantaranya orang Belanda, keturunan China, hingga anak-anak bangsawan saja.

Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia banyak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini