Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah, swasta, dan masyarakat berkolaborasi saling membantu warga terdampak pandemi virus corona.
Dalam penyalurannya, masih ditemukan ada bantuan yang tidak tepat sasaran.
Di beberapa daerah, permukiman elite yang dihuni orang-orang mampu malah mendapat bantuan sembako.
Alhasil bantuan itu dikembalikan agar disalurkan kepada mereka yang benar-benar terdampak.
Jaringan Gusdurian turut ambil bagian berkontribusi membagikan paket sembako oleh beberapa platform seperti BenihBaik.com, Kitabisa.com, Gerakan Islam Cinta, OVO, Grab hingga Tokopediia.
Lantas bagaimana langkah jaringan Gusdurian agar paket sembako yang disalurkan benar-benar tepat sasaran dan akuntabilitas sehingga dipercaya oleh publik ?
Baca: Penyelenggara MotoGP Sudah Kirim Proposal Agar Bisa Gelar Balapan di Bulan Juli di Sirkuit Jerez
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid menjelaskan untuk proses pendataan mereka yang layak mendapatkan bantuan sembako, pihaknya mendata sendiri dari lapangan.
"Untuk pengambilan data, kami awalnya mencoba bangun hubungan dengan Kementerian Sosial. Kami ingin dapat data terpadu kesejahteraan sosial atau data penerima program PKH. Asumsi kami mereka perlu dibantu, tapi kami analisis di lapangan tidak segampang itu. Banyak pekerja sektor informal yang tidak terdata," tuturnya dalam diskusi online bersama Bung Hatta Award, Kamis (7/5/2020) malam.
Baca: Anies Baswedan: Pemprov DKI Telah Menyiapkan Anggaran Rp 5,032 Triliun Untuk Penanganan Covid-19
Akhirnya Jaringan Gusdurian memutuskan tidak menggunakan data dari Kementerian Sosial melainkan menggunakan assesmen lapangan dari Jaringan Gusdurian yang ada di 130 kota di seluruh Indonesia.
Dari hasil assemen di lapangan, Alissa Wahid tidak memungkiri banyak temuan-temuan seperti yang kini viral di media sosial yakni rumah layak mendapat stampel keluarga miskin.
"Kami dapati di lapangan banyak kelompok informal tidak terdata oleh pemerintah. Sebagian kami temukan penerima bantuan pemerintah ada kolusi di tingkat lokal. Termasuk rumah yang bangunannya bagus ditempel stiker keluarga miskin. Itu realita di lapangan," tegasnya.
Baca: Kenang Trio ABG, Aliyudin Ungkap Momen Spesial Bareng Legenda Persija Bambang Pamungkas
Lebih lanjut sebagai bagian dari akuntabilitas, Alissa Wahid selalu membuat reporting yang diposting di media sosial baik itu jumlah sembako yang sudah disalurkan hingga kisah-kisah penerima sembako di lapangan.
Reporting berkala ini sangat penting agar masyarakat dan pihak-pihak yang mempercayakan Jaringan Gusdurian menyalurkan bantuan merasa senang karena bantuannya tepat sasaran.
"Kalau kita rajin buat laporan sementara itu menandakan oh, kita serius kerjanya. Termasuk bisa memberitahu ke donator kalau bantuan mereka diberikan ke mereka yang berhak. Saya selalu menekankan pada Jaringan Gusdurian, jaga kredibilitas, ingat amanah publik," katanya.