News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BMKG: Asal Suara Dentuman di Jawa Tengah Kemungkinan dari Petir, Bukan dari Gempa

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Suara Dentuman di Langit

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan tanggapan terkait adanya suara dentuman yang didengar masyarakat di sejumlah wilayah di Jawa Tengah.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono mengungkapkan suara dentuman yang disebut terjadi sekira pukul 00.45 WIB hingga 01.15 WIB tersebut bukan bersumber dari gempa.

"Setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dari seluruh sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukkan tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah," ungkap Daryono melalui akun Twitter Humas BMKG, Senin (11/5/2020).

BMKG memastikan sumber suara dentuman tersebut tidak berasal dari gempa tektonik.

"Karena jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, artinya kedalaman hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa," ujarnya.

Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Selasa 12 Mei 2020, 11 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin

Daryono menyebut saat ini BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah.

"Sehingga jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tersebut akan terekam," ungkapnya.

Selanjutnya rekaman gempa tersbut diproses untuk ditentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya.

"Untuk diinformasikan kepada masyarakat," ungkapnya.

Daryono menjelaskan bunyi ledakan akibat gempa sangat dangkal lazimnya hanya terjadi sekali saat terjadi patahan batuan dan tidak berulang-ulang.

"Seperti halnya peristiwa gempa dangkal yang mengeluarkan dentuman keras di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014."

"Gempa Lereng Merbabu saat itu memiliki magnitudo M 2,7 terjadi pagi hari pukul 06.01.19 WIB," ujarnya.

Episenter gempa tersebut terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,48 BT dengan kedalaman 3 km.

"Seperti yang dilaporkan warga Desa Sumogawe, gempa yang merusak beberapa rumah ini diikuti suara dentuman keras hingga membuat warga resah, khawatir Gunung Merbabu akan meletus," ujarnya.

Daryono menyebut ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa.

"Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan," ungkapnya.

Baca: BMKG Sebut Sejumlah Gempa di Dunia Diawali Munculnya Cacing Tanah, Namun Ada Faktor Lain

Kemungkinan lain, dentuman saat gempa adalah berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif.

"Dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan," ungkapnya.

Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan.

"Sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi," ungkapnya.

Daryono menyebut, beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu.

"Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik," ungkapnya.

Kemungkinan Berasal dari Petir

Sementara itu Kepala BMKG Stasiun Meterologi Ahmad Yani Semarang Achadi Subarkah Raharjo bisa jadi suara dentuman berasal dari petir.

Lantaran, tidak ada catatan mengenai aktivitas seismik (gempa tektonik).

"Tidak terkait dengan aktivitas seismik (gempa tektonik) baik yan dipicu oleh aktivitas sesar lokal (baribis kendheng, dll) maupun aktivitas zona subduksi selatan Hawa" jelas Achadi, Senin (11/5/2020) dilansir Kompas.com.

Achadi mengatakan, dari monitoring listrik udara, data lightning detector memperlihatkan distribusi sambaran kilat atau petir pada 10 Mei 2020 pukul 23.00 WIB hingga 11 Mei 2020, pukul 05.00 WIB.

Adapun sambaran kilat atau petir tersebut sebagian besar terkonsentrasi pada pegunungan tengah dan pesisir selatan Jawa Tengah.

Achadi menyebut sedikit sebaran juga terdapat di sekitar Solo, Klaten, dan Kendal.

Achadi menyebutkan, indikasi awal suara dentuman apabila terdengar secara terpisah dan dalam waktu berlainan adalah suara petir.

"Bisa jadi merupakan suara petir. Namun apabila terdengar secara bersamaan atau ada perbedaan waktu yang relatif kecil dan dalam area yang luas, maka perlu kajian lebih lanjut," kata Achadi.

Achadi menyebut banyak faktor yang bisa menyebabkan suara dentuman tersebut.

"Beberapa sumber suara yang bisa memicu, antara lain sonic boom (shock waves/gelombang kejut) dari pesawat jet ketika terbang melebihi kecepatan suara," ujar dia.

Ramai di Media Sosial

Sebelumnya suara dentuman ramai diperbincangkan di media sosial.

Beberapa unggahan warga di daerah Solo, Sragen, Sukoharjo, dan Boyolali menyebut mendengarkan suara yang diduga sama.

Viral suara dentuman terdengar warga di Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P) (Kompas.com/Vina Fadhrotul Mukaromah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini