Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Situasi di perbatasan Himalaya yang memisahkan antara wilayah India dan China tengah memanas selama minggu-minggu terakhir.
Bentrokan berdarah antara kedua pasukan terjadi pada Senin (15/6/2020) menewaskan sekiranya 20 tentara negeri Sungai Gangga di perbatasan yang mereka sengketakan.
Walaupun China belum mengkonfirmasi jumlah tentaranya yang meninggal dan terluka, media India mengabarkan bahwa militer India mengklaim 'telah menyebabkan 43 korban di pihak China’.
Terkait hal itu, Indonesia meminta China dan India menahan diri.
Baca: Tidak Pernah Akur, Lebih Kuat Mana Militer China atau India?
Menteri Luar Negeri (Menlu RI), Retno Marsudi meminta kedua negara menciptakan kondisi yang kondusif untuk dialog dan penyelesaian konflik secara damai.
“Terkait dengan perkembangan terakhir, Indonesia menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk dialog dan penyelesaian konflik secara damai,” ujar Menlu dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Kamis (18/6/2020).
Baca: Militer India: Tentara Kami Tewas Dipukuli Pentungan Paku oleh Serdadu China
Menlu menyebut India dan China memiliki sejarah panjang terkait masalah perbatasan.
Dalam hal ini terkait perbatasan de facto kedua negara—yang dinamakan Garis Kendali Aktual atau LAC—di Lembah Galwan di Ladakh yang disengketakan kedua negara sejak 1959.
Lembah ini terletak di wilayah sengketa Kashmir yang sarat personel dan persenjataan militer.
Kashmir sering menjadi sumber konflik karena adanya sengketa wilayah antara India, Pakistan, dan China.
Menlu berujar baik China maupun India adalah teman dekat Indonesia.
Indonesia berharap India dan China dapat kembali menciptakan hubungan yang baik dan produktif demi kepentingan terbaik semua negara di kawasan Indo-Pasifik dan untuk kepentingan di dunia yang lebih luas.