Asvi Warman Adam dalam artikelnya "Hoegeng, Polisi Teladan" yang dimuat di Harian Kompas, 1 Juli 2004, mengatakan, nama pemberian ayahnya adalah Iman Santoso.
Ketika kecil, Hoegeng sering dipanggil Bugel (gemuk), lama-kelamaan menjadi Bugeng, akhirnya berubah jadi Hugeng.
2. Sekolah di Yogyakarta dan bentuk band untuk hidup
Ia mengenyam pendidikan di beberapa daerah yang berbeda.
Setelah Sekolah di HIS dan MULO Pekalongan, Hoegeng belajar di AMS A Yogyakarta.
Baca: Alasan Kapolda Maluku Utara Tegur Polres Kepulauan Sula yang Panggil Pengunggah Celotehan Gus Dur
Di Yogyakarta, Hoegeng membentuk sebuah band Hawaian dan mendapat tambahan biaya hidup dari band itu.
Selepas dari Yogyakarta, Hoegeng melanjutkan pendidikan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia kemudian masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Setelah lulus dari PTIK pada 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur.
3. Tolak Rumah dan Mobil yang Disediakan Cukong Judi
Tugas keduanya sebagai Kepala Reskrim di Sumatera Utara yang menjadi batu ujian bagi seorang polisi karena daerah itu terkenal dengan penyelundupan.
Hoegeng disambut secara unik.
Rumah pribadi dan mobil telah disediakan beberapa cukong judi.
Tetapi, ia menolaknya dan memilih tinggal di hotel sebelum mendapatkan rumah dinas.
4. Parabot rumah dinas dikeluarkan dan ditaruh di pinggir jalan