News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kasus Novel Baswedan

Soal Kasus Novel Baswedan, Rocky Gerung Sarankan Jokowi Ikuti Grup WA Emak-emak, Ini Alasannya

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat politik Rocky Gerung

TRIBUNNEWS.COM - Berbagai pihak memberikan tanggapan atas tuntutan satu tahun penjara terhadap terdakwa penyerang penyidik KPK, Novel Baswedan. 

Satu di antaranya tanggapan disampaikan oleh pengamat politik Rocky Gerung. 

Tanggapan Rocky disampaikan sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official, Minggu (21/6/2020).

"Nggak ada seorang pun dengan akal waras menerima bahwa itu hubungan yang masuk akal, semua orang merasa itu nggak masuk akal," terang Rocky.

Baca: Sidang Kasus Novel Baswedan Beragenda Pembacaan Replik, Jaksa Sebut Seluruh Nota Pembelaan Ditolak

Rocky kemudian menjelaskan, mungkin saat ini tidak ada reaksi dari masyarakat.

Pengamat Politik Rocky Gerung dan Ustaz Abdul Somad (Tangkap Layar YouTube Ustadz Abdul Somad Official). (YouTube Ustadz Abdul Somad Official)

Namun, lanjut dia, di WhatsApp (WA) pasti orang-orang membicarakan tentang kasus Novel Baswedan.

Satu di antaranya adalah di grup WA ibu-ibu alias emak-emak.

"Saya kira reaksi tidak bisa diperlihatkan sekarang, tapi kalau saya tahu seluruh WhatsApp emak-emak, pagi-pagi gosip tentang Novel Baswedan."

"Seluruh WhatsApp webinar yang dilakukan tertutup di antara kalangan praktisi hukum juga bicara soal Novel Baswedan."

"Seluruh grup jurnalis yang kritis juga bicara soal Novel Baswedan," terangnya.

Baca: Kasus Penyerangan Novel Baswedan, KPK BIsa Terapkan Obstruction of Justice

Menurut Rocky, meski saat ini tidak ada reaksi dari masyarakat, bukan berarti orang tidak peduli dengan kasus Novel Baswedan.

Kepedulian itu, lanjut dia, mengendap sementara karena adanya sinisme yang diperlihatkan lebih dulu.

"Justru yang berbahaya kalau pemerintah menganggap enteng karena nggak ada reaksi."

"Akumulasi reaksi itu begitu meledak nggak bisa lagi ditahan oleh arogansi kekuasaan. Itu bahayanya pemerintah yang tidak peka terhadap analisis non mainstream," jelasnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini