TRIBUNNEWS.COM - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Prof Wiku Adisasmito menyampaikan, pihaknya telah menanyakan secara langsung kepada Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, mengenai perkembangan penelitian virus SARS-CoV-2.
WHO Indonesia berkoordinasi aktif dengan para peneliti sejak April lalu.
Satu di antaranya yakni mengenai penelitian transmisi atau penularan lewat udara.
Hasil dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa transmisi udara belum terbukti secara pasti.
“WHO mendorong penelitian lebih lanjut di bidang ini. Seiring dengan transmisi melalui udara, kami melihat banyak rute transmisi lainnya, bekerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang."
"WHO juga akan meringkas apa yang mereka ketahui dalam ringkasan ilmiah tentang transmisi, yang akan segera dirilis,” ujar Wiku, Kamis (9/7/2020), dikutip dari Covid19.go.id.
Baca: China Peringatkan Munculnya Pneumonia Misterius di Kazakhstan: Lebih Mematikan daripada Corona
Baca: Klaster Baru di Secapa AD Bandung, 1.262 Orang Positif Corona hingga Lokasi Diisolasi
Prof Wiku : Hadapi Dinamika Covid-19 dengan Kewaspadaan Tanpa Ketakutan Berlebihan - Tribunjatim.com
Di Webinar GAMKI, Jubir Satgas Wiku Adisasmito Jelaskan Langkah Penanganan Covid-19 - Tribunnews.com
Baca: Uniknya Bilik Kardus di Jepang untuk Cegah Virus Corona, Bisa Digunakan di Berbagai Fasilitas Publik
Ia menjelaskan, transmisi Covid-19 melalui udara mungkin dapat terjadi pada kondisi dan keadaan tertentu, di mana suatu tindakan yang menimbulkan partikel aerosol dilakukan.
Seperti memasang dan melepas selang intubasi endotrakea, bronkoskopi, penyedotan cairan dari saluran pernapasan, pemakaian nebulisasi, tindakan invasif dan non invasif pada saluran pernapasan dan resusitasi jantung paru.
Sementara itu, publikasi baru-baru ini dari New England Journal of Medicine telah mengevaluasi ketahanan virus penyebab Covid-19.
Dalam kajiannya, aerosol terkumpul melalui sebuah alat yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Goldberg dalam lingkungan terkendali laboratorium.
Alat tersebut merupakan mesin berkekuatan tinggi dan tidak merefleksikan kondisi normal manusia saat batuk.
Baca: Masih Percaya Covid-19 Konspirasi Elite Global? Farhan Sebut Presiden Brasil pun Terpapar Corona
Baca: Benarkah Eucalyptus Mampu Bunuh Virus Corona? Peneliti UGM: Perlu Penelitian
Baca: 3 Pimpinan Dunia Tersengat Virus Corona: PM Inggris, Presiden Brasil dan Bolivia
Penemuan pada kajian itu menunjukkan, virus Covid-19 yang mampu bertahan di udara hingga 3 jam ini tidak mencerminkan kondisi klinis manusia di saat batuk.
Kondisi tersebut terjadi pada saat eksperimen dilakukan untuk melihat konsentrasi partikel yang melayang di udara.
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, WHO terus merekomendasikan pencegahan penularan yang disebabkan oleh droplet dari orang yang terinfeksi Covid-19.