Rubrik Kompasiana yang ia tulis di Harian Kompas menjadi alatnya memberi saran dan mengkritik pemerintah serta membela yang tertindas.
Keberpihakannya kepada orang miskin dan teraniaya jugalah yang mendorongnya untuk menyokong pendirian LBH.
Gagasannya tentang penghijauan Jakarta menghasilkan jalinan relasi yang baik dengan Gubernur DKI masa itu, Ali Sadikin.
Baca: Teladani Ajaran PK Ojong, Liliek Oetama Berharap Koran Kompas Bisa Bertahan Saat Pandemi Covid-19
Selain menjadi wartawan, P.K. Ojong aktif dalam kegiatan sosial untuk kesejahteraan orang-orang kurang mampu.
Cita-citanya sebagai guru maupun wartawan adalah mencerdaskan bangsa, karena itulah, ia bergabung dengan perhimpunan sosial Candra Naya dan ikut mendirikan Universitas Tarumanagara.
Semasa hidup, P.K. Ojong juga menaruh kecintaan pada karya seni.
Ia menghargai karya seni karena sosok karya itu sendiri, bukan atas dasar nilai komersial atau investasi.
Ia membantu seniman dengan membeli karya seni mereka.
Banyaknya koleksi P.K. Ojong itulah dan tujuan mulia melestarikan kesenian rakyat yang mendasari didirikannya Bentara Budaya.
P.K. Ojong berpulang mendadak pada pagi hari 31 mei 1980.
Warisannya terhadap dunia jurnalisme Indonesia dan berbagai bidang lain untuk mencerahkan masyarakat sungguh tak ternilai.
P.K. Ojong adalah wartawan, cendekiawan, sekaligus guru bagi kita semua. (*)