News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Penyandang Disabilitas Butuh Pendampingan Selama Pandemi

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mirsa Kristopras, seorang atlet Soina menerima bantuan kebutuhan perlindungan mengatasi Covid-19 dari Kemenpora yang disalurkan melalui Pengda DKI Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak difabilitas intelektual berada dalam situasi sulit selama masa pandemic panjang Covid-19.

Mereka mesti mengikuti protocol kesehatan sebagaimana orang lain namun pada sisi lain tetap harus beraktifitas menjaga kebugaran dan belajar.

Resiko tertular virus tinggi bila mereka berinteraksi di tempat umum.

Menghindari orang yang telah diketahui terinfeksi pun tak cukup karena kenyataannya banyak pembawa virus tanpa gejala yang berada di mana-mana dan susah dikenali.

Pokok pikiran itu muncul dalam diskusi webinar yang diselenggarakan oleh Special Olympics Indonesia (SOINA) bersama Persatuan Orangtua Anak Difabilitas Intelektual (Portadin) dan Persatuan Pengandang Difabilitas Indonesia (PPDI), Sabtu (25/7/2020).

Juan Allegran, seorang atlit Soina menerima bantuan kebutuhan perlindungan mengatasi Covid-19 dari Kemenpora yang disalurkan melalui Pengda DKI Jakarta. (Istimewa)

Diskusi bertopik “Sehat di Era New Normal bagi Disabilitas Intelektual” itu menampilkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Samsuridjal Djuazi sebagai narasumber utama.

Lebih lanjut, Samsuridjal menambahkan bahwa anak-anak difabel mesti selalu didampingi, jangan sampai terjadi penularan antar mereka.

Pencegahan terjadinya penularan menjadi hal yang paling penting. Protokol kesehatan, oleh karenanya, harus secara konsisten ditaati.

Baca: Dua Kementerian Teken MoU Pelatihan Kerja untuk Penyandang Disabilitas

Penularan virus Covid-19 terjadi lewat penyebaran partikel kecil virus yang keluar dari seorang pembawa virus ke orang lain.

Ketika seseorang pembawa virus berbicara dari mulutnya tersebar 200 satuan kecil virus.

Sedangkan bila dia batuk dan bersin jumlah partikel virus yang tersemprot keluar dari mulutnya mencapai 2 juta partikel ukuran kecil yang dimaksud.

“Penularan terjadi apabila ada 1000 satuan kecil virus masuk ke tubuh orang, atau bila kita berbicara selama 5 menit dengan orang pembawa virus kemungkinan terjadi penularan,” ujar Prof Sjamsuridjal.

Penyebaran partikel virus seperti itu tentu berbahaya bila seseorang keluar rumah tanpa menggunakan masker atau pelindung wajah.

Namun di dalam ruangan pun tetap beresiko, seperti di dalam kabin pesawat terbang, kereta api, di dalam lift juga ruang umum berpendingin udara.

Dampak pandemi ini bagi penyandang difabilitas secara umum cukup besar. Oleh karena banyak hal yang mesti diberikan kepada mereka sebelum pandemi berakhir.

“Kita bisa meniru hal yang baik yang telah dilakukan negara-negara lain dalam menangani orang-orang difabel pada masa pandemi,” tambah ahli alergi-imunologi ini.

Seperti diketahui di Philipina tersedia pusat informasi Covid-19 khusus bagi orang-orang difabel sehingga memungkinkan mereka untuk selalu mengikuti perkembangan.

Sementara di Argentina menyediakan pendamping difabel selama masa pandemic, sedangkan Uni Emirat Arab memfasilitasi tes kesehatan selama pandemi untuk mencegah penularan.

Menanggapi hal itu Direktur Keluarga dan Atlit Muda Special Olympics Indonesai (Soina) Desyana Fatimah Kosasih bahwa perhatian kepada difabilitas selama masa pandemic, setidaknya kepada anak-anak difabilitas intelektual pun ada di Indonesia.

Di Jakarta atlit Soina menerima sejumlah bantuan yang diberikan oleh Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berupa masker, hand sanitizer, juga sabun cuci tangan.

Sejauh ini belum ada laporan atlit Soina yang dinyatakan terinfeksi Covid-19. Namun mengingat belum ada obat yang bisa secara memuaskan mengatasi Civid-19, mengingatkan bahwa selama pandemic belum berakhir tinggal lebih banyak di rumah adalah pilihan utama.

“Sebab bila terkena virus perawatan anak difabel intelektual bakal lebih rumit lagi,” ujarnya.

Untuk menjaga kebugaran para pengurus daerah Soina mengadakan berbagai kegiatan sendiri.

Pengda Jakarta misalnya mengadakan latihan kebugaran untuk atlit. Kondisi bugar mesti terus dijaga kendati tidak ada perlombaan selama masa pandemic.

Imunitas anak difabilitas intelektual relative sama dengan mereka yang tidak difabel. Tinggi rendahnya imunitas akan ditentukan oleh asupan gizi, pemeliharaan kesehatan dan keluarga.

Mengingat partikel virus ukuran kecil atau aerosol relative lebih berbahaya ketimbang droplet, maka anak-anak difabel lebih aman beraktifitas di ruang terbuka ketimbang dalam ruangan.

Semua dalam koridor pengawasan para pendamping. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini