News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Enzo Zenz Allie Menangis Ceritakan Perjuangannya Masuk Akademi Militer: Ayah, Aku Rindu Padamu

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Taruna Akademi Militer Enzo Zenz Allie

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Taruna Akademi Militer Enzo Zenz Allie tak kuasa menahan tangis menceritakan betapa bangga dan senang dirinya setelah diumumkan diterima menjadi taruna di Akademi Militer Magelang.

Suaranya bergetar ketika mengungkapkan kerinduannya kepada ayahnya yang telah wafat pada 2012 silam.

Taruna Akmil berdarah Perancis tersebut mengucapkan terimakasih kepada ibu dan seluruh keluarganya yang telah mendukung dirinya meraih cita-cita menjadi Tentara Nasional Indonesia.

Ibunya yang berdarah Sunda pun tak kuasa menahan tangis ketika melihat putra keempatnya itu menangis.

Momen mengharukan tersebut terekam dalam tayangan Buletin TNI AD yang diunggah di akun Instagram resmi TNI AD, @tni_angkatan_darat, Sabtu (25/7/2020).

Baca: Sempat jadi Kontroversi, Kini Enzo Allie Dirangkul KSAD dan Ketemu Prabowo, Ingin Gabung Kopassus

"Saya senang. Senang menjadi seorang taruna Akademi Militer Magelang. Saya juga berterima kasih kepada ibu saya yang telah melakukan segalanya. Hingga saya menjadi seperti sekarang. Dia dan seluruh keluarga yang telah membesarkan saya. Terimakasih untuk kalian semua. Ibu dan Ayah. Ayah, aku rindu padamu. Saya merasa sangat bangga di sini. Saya bahagia menjadi putramu yang mengikuti Chandradimuka di Magelang," kata Enzo dalam bahas Perancis.

Tidak hanya itu, Enzo pun terlihat memanjatkan doa dan rasa syukurnya kepada Allah SWT dalam bahasa Perancis.

Sambil mengangkat kedua tangannya, ia bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah kepadanya serta saudara dan saudarinya.

"Dengan nama Allah. Aku bersyukur atas segala yang telah Engkau berikan. Dan atas segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Dan kepada saudara-saudara serta saudari kami. Dan atas segala yang telah kami dapatkan saat ini. Ya Tuhan berikanlah kami ketabahan dapat menghadapi apa yang akan datang kepada kami dan berilah kami kekuatan. Terimakasih. Terimakasih. Aamiin," kata Enzo.

Baca: Di Hadapan Menhan Prabowo, Enzo Taruna Keturunan Perancis Mengaku Ingin Gabung Kopassus

Dalam tayangan tersebut, Enzo juga sempat mengungkapkan betapa lama persiapannya untuk meraih cita-cita menjadi taruna Akmil Magelang.

Ia mengatakan telah memulai semua usahanya sejak duduk di kelas tiga SMP.

Saat itu, ia mulai melakukan latihan atletik, renang, hingga tes psikologi.

Semua persiapan panjang itu, kata Enzo, dilakukannya karena ia menyadari betapa sulitnya untuk bisa menempuh pendidikan di Akademi Militer Magelang.

"Pertama itu niat dari kecil ingin jadi tentara. Dan itu juga butuh persiapan sangat panjang. Saya mulai dari SMP kelas 3. Saya ikut latihan renang, atletik, tes psikologi. Sudah persiapan. Karena memang kalau buat Tentera Nasional Indonesia, menjadi Akmil, AAL, AAU itu dibutuhkan persiapan sangat panjang," kata Enzo.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Sisriadi pernah menjelaskan betapa ketatnya proses seleksi yang sudah dilalui Enzo sehingga dinyatakan lolos sebagai Taruna Akmil.

Hal itu karena setelah beritanya viral usai diwawancara Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, beredar postingan di media sosial yang mengaitkan Enzo dengan paham organisasi terlarang di Indonesia.

Baca: KSAD dan Ketua KPK Tanda Tangani Berita Acara Serah Terima Barang Rampasan Negara

Sisriadi menjelaskan, proses seleksi taruna Akademi Militer dilakukan bertingkat.

Mulai dari tingkat daerah berupa seleksi administrasi di Kodim.

Kemudian di tingkat Korem atau Kodam juga diadakan pengujian.

Sisriadi menjelaskan, ada sejumlah tes yang harus dilalui Enzo dan Taruna lainnya sehingga dapat lulus sebagai Taruna Akmil.

"Pertama administrasi. Mulai dari umur dia tidak boleh kurang dari 18 tahun dan tidak boleh lebih dari 24 tahun. Lalu harus ada surat keterangan dokter yang menyatakan dia sehat. Itu harus lengkap dulu suratnya. Kemudian ada tes jasmani, ada tes psikologi, ada tes akademis, kemudian yang paling penting tes mental ideologi," kata Sisriadi ketika dihubungi Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Rabu (7/8/2019).

Sisriadi menjelaskan, tes mental ideologi dilakukan karena TNI tidak ingin kemasukan orang-orang yang berideologi selain Pancasila.

Baca: Masker Canggih dan Mahal Istri KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa Viral, Ternyata Ini Kegunaannya

Khusus untuk tes mental ideologi, ia menjelaskan ada dua tes yang harus dilalui Enzo dan taruna lainnya.

"Khusus untuk tes mental ideologi. Cara menyeleksinya pertama dilakukan secara tertulis. Mereka menjawab puluhan pertanyaa secara tertulis. Setelah menjawab secara tertulis, maka di hari itu juga atau palimg lambat besoknya akan langsung dilakukan tes wawancara untuk pendalaman. Jadi dia akan ditanya apa yang dia tulis, dan ada juga daftar pertanyaan dari yang tidak tertulis. Untuk meyakinkan kalau si calon ini benar-benar Pancasilais. Tidak memiliki ideologi selain Pancasila," kata Sisriadi.

Ia pun menjelaskan setiap taruna harus menghadapi tiga orang penguji dalam tahapan tersebut.

"Dan yang menguji tidak hanya satu orang. Satu calon menghadapi tiga penguji sekaligus. Jadi kalau dia berbohong akan ketahuan oleh tiga penguji itu. Jadi wawancara dengan tiga orang itu biasanya bisa sampai dua jam. Kalau ada yang nyeleneh-nyeleneh bisa lebih lama itu. Apalagi kalau wajah dan fisiknya agak berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan, bisa lebih lama pendalamannya," kata Sisriadi.

Sisriadi mengatakan tidak ada sistem yang sempurna.

Namun, jika sudah dinyatakan lolos seperti Enzo artinya setiap taruna telah memenuhi semua persyaratan.

"Kalau sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka sudah memenuhi persyaratan. Sekarang dia sudah belajar dan berlatih di Magelang. Sudah diisolasi, tidak bisa berhubungan dengan siapapun kecuali dengan pelatihnya," kata Sisriadi.

Sisriadi menegaskan, selama proses pendidikan dan latihan seluruh taruna akan tetap diberikan materi mengenai ideologi Pancasila.

Namun, menurutnya yang belum banyak diketahui masyarakat adalah para taruna tersebut akan menjalani tes mengenai mental ideologi yang sama untuk menguji ideologi mereka.

"Tentu ada. Tapi selain itu, ada informasi lain yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kami juga punya prosedur. Jadi selama dia dididik sampai lulus atau menjelang lulus itu masih kita dalami juga. Orang-orang yang ideologinya non Pancasila pasti ketahuan. Karena setiap tahun ada tes yang sama," kata Sisriadi.

Selain itu, pihak TNI juga akan melakukan pendalaman mengenai ideologi tersebut melalui Babinsa, Koramil, BAIS TNI terhadap keluarga Taruna.

"Di luar juga tetap dilakukan pendalaman oleh Babinsa, Koramil, BAIS. Terhadap orang tuanya, Bapaknya, Ibunya kau masih ada. Kakaknya, Adiknya, Pamannya. Pendalaman itu sampai empat tahun," kata Sisriadi.

Sisriadi menegaskan, meski telah lolos seleksi Taruna Akmil dan menjalani pendidikan dan latihan, hal itu tidak menjamin Taruna tersebut tidak akan dikeluarkan dari Akademi terlebih jika dalam proses tersebut ideologi mereka berubah atau bukan Pancasila.

"Dulu teman saya juga ada yang dikeluarkan di tingkat empat karena ideologi. Walaupun ketahuannya sudah tingkat empat, negara sudah membiayai banyak, tidak masalah dikeluarkan. Yang penting tidak ada yang non Pancasilais," kata Sisriadi.

Untuk itu, ia menilai terkait dengan Enzo, pihaknya tidak terburu-buru mengambil sikap.

"Dalam hal ini, kita tidak boleh buru-buru. Kenapa? Bisa jadi dia Pancasilais, terus ada yang menyebar isu. Kalau dia tidak radikal tapi banyak yang iri bisa saja kan. Kita harus hati-hati. Kita menggunakan intelijen manusia, intelijen teknologi kita gunakan. Intinya kami tidak buru-buru menjudge dia," kata Sisriadi.

Ia pun menegaskan, jika nantinya Enzo atau Taruna lainnya terbukti secara kuat memiliki ideologi selain Pancasila maka pihaknya tidak ragu untuk mengeluarkan.

Sebaliknya, jika memang tidak terbukti maka Enzo akan tetap melanjutkan proses belajarnya di Akademi Militer.

"Kalau dia betul radikal, pasti dikeluarkan. Tapi kita harus punya bukti kuat sekali. Itu semua berlaku tidak hanya untuk Enzo, tapi kepada seluruh taruna yang sedang belajar sekarang. Kita tetap mendalami. Kalau terbukti radikal kita keluarkan, kalau tidak terbukti dia lanjut," kata Sisriadi.

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa memutuskan TNI Angkatan Darat tetap mempertahankan Enzo yang sempat viral karena diduga terpapar ideologi dari ormas terlarang.

Hal itu disampaikannya saat konferensi pers di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).

"Kami memutuskan, TNI Angkatan Darat memutuskan untuk mempertahankan Enzo Zenz Allie dan semua Taruna Akademi Militer yang kami terima beberapa waktu lalu sejumlah 364," tegas Andika.

Keputusan tersebut diambil Andika karena pihaknya telah memberikan penilaian tambahan khusus untuk Enzo dan beberapa taruna lainnya secara acak terkait ideologi.

Keputusan tersebut diambil Andika karena pihaknya telah memberikan penilaian tambahan khusus untuk Enzo dan beberapa Taruna lainnya secara acak terkait ideologi.

"Kami tidak akan mengklaim bahwa alat ukur yang kami miliki itu sudah valid. Maka kami juga mengambil salah satu alternatif alat ukur yang memang selama ini sudah dikembangkan digunakan cukup lama, akurasi, validasinya bisa dipertanggungjawabkan karena sudah digunakan selama 8 tahun," kata Andika.

Andika menjelaskan, penilaian tersebut dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu 10 dan 11 Agustus 2019.

Setelahnya, hasilnya kemudian dianalisis pada Senin (12/8/2019).

"Kesimpulannya Enzo Zenz Allie dilihat dari indeks moderasi bernegara ternyata kalau dikonversi menjadi persentase memiliki nilai 84% atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimum 7. Jadi indeks moderasi bernegaranya cukup bagus," kata Andika.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini