Meskipun tak berijazah, Ajip sangat dihormati para guru besar baik di Indonesia maupun mancanegara.
Ahli sastra Indonesia, Prof Teuew dari Universitas Leiden, Belanda dan Prof Mikihiro Morriyama, dari Nanjan University, Jepang di antara dua orang yang menghornati reputasi Ajip Rosidi.
Hal itu antara lain karena Ajip berjasa mendirikan Pusat Studi Sunda berserta jurnalnya, sebuah lembaga kajian ilmiah mengenai kebudayaan Sunda.
Selain membangun rumah dan perpusatakaan di Mungkid, Pabelan, Ajip juga membangun perpustakaan tiga lantai dan sangat luas di Jalan Garut, Kota Bandung.
Perpustakaan tersebut menjadi tempat diskusi para seniman dan penulis di Kota Bandung, termasuk Rayani Massardi, istri penyair Noorca M Massari pernah meluncurkan buku di sekira 2019.
Local Genius
Kalau dipetakan pemikiran kebudayaan di Indonesia ini ada dua kutub, yaitu kutub Armijn Pane yang mengarahkan kebudayaan pada kearifan timur beserta local geniusnya, sementara Sutan Takdir Alisyahbana mengarahkan kebudayaan pada barat berserta modernisasinya, terutama penguasaan ilmu dan bahasa Inggris.
Ajip bisa dibilang ada di kutub Armijn Pane.
Hal itu dibuktikan dengan dedikasinya mendirikan Yayasan Rancage yang sudah 30 tahun rutin tiap tahun memberikan hadiah sastra Rancage kepada para penulis berbahasa daerah, seperti bahasa Sunda, Jawa, Bali dan Lampung.
Di kalangan penulis sepakat, sosok Ajip Rosidi sulit tertandingi siapa pun.
Ia tak sekadar mempunyai gagasan, tapi sekaligus mampu merealisasikannya sebagai bukti kesungguhan.
Jejaknya dalam khasanah sastra Indonesia bukan sekadar tulisan kreatifnya, tapi jasanya dalam mengelola penerbitan buku.
Pustaka Jaya, hingga sekarang masih ia kelola.
Publik sastra pasti tahu bagaimana reputasi Pustaka Jaya dalam menerbitkan buku sastra, baik karya penulis Indonesia maupun terjemahan.
Pustaka Jaya selalu menerbitkan karya sastra kelas dunia, seperti karya Chekov, Tolstoy, Hemingway, Steinbeck dan penulis kelas nobel lainnya.