TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa program pencegahan stunting merupakan program prioritas Kementerian Kesehatan di tengah Pandemi Covid-19.
Hal itu dikatakan Terawan usai rapat terbatas pencegahan stunting di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (5/8/2020).
"Jadi akan digerakkan untuk semua tetap bekerja dengan protokol kesehatan di dalam mengatasi pandemi Covid-19 dan untuk mensukseskan program-program stunting," kata Terawan.
Fokus utama yang dikerjakan menurut Terawan yakni pengurang prevalensi stunting di 10 provinsi.
Selain itu berkoordinasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk mengintegrasikan program pencegahan stunting dengan program Perlindungan Sosial.
Baca: Presiden Minta Kemenkes Gencarkan Sosialisasi Pencegahan Stunting
Baca: Presiden Ingin Pencegahan Stunting Diintegrasikan dengan Program Perlindungan Sosial
"Nah bagaimana peran dari PKK kemudian peran dari PKH (program keluarga harapan) nanti akan dijelaskan oleh pak Mensos. Pada hakikatnya ditujukan untuk mencapai penurunan angka stunting di 2024 menjadi 14 persen," pungkasnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas pencegahan stunting di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (5/8/2020).
Dalam rapat tersebut Presiden mengintruksikan kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Sosial Juliari Batubara agar mengintegrasikan program pencegahan stunting dengan perlindungan sosial.
"Dalam upaya penurunan angka stunting juga kita sambungkan dengan program perlindungan sosial kita terutama PKH (program keluarga harapan) kemudian pembagian BPNT (bantuan pangan non tunai) dan pembangunan infrastruktur dasar yang menjangkau keluarga-keluarga yang tidak mampu," kata presiden.
Selain itu Presiden juga meminta akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan balita di posyandu harus terus berjalan di tengah Pandemi Covid-19. Terutama dalam pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil.
"Juga pemberian suplemen vitamin A bagi ibu menyusui dan makanan pendamping ASI," katanya.
Presiden juga meminta kementerian kesehatan untuk terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi bagi ibu hamil dan keluarga dalam pencegahan stunting.
"Aspek promotif, edukasi, sosialisasi bagi ibu-ibu hamil pada keluarga juga harus terus digencarkan sehingga meningkatkan pemahaman untuk pencegahan stunting," kata Presiden.
Edukasi dan sosialisasi tersebut menurut Presiden harus melibatkan PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan relawan. Sehingga pencegahan stunting dapat menjadi gerakan bersama.
Meski terdapat perbaikan prevalensi stunting di Indonesia dari 37 persen pada 2013 menjadi 27,6 persen pada 2019. Namun, Presiden ingin penurunan angka stunting dipercepat agar mencapai target pada 2024 nanti.
"Ini ada penurunan cukup lumayan tapi saya kira ini tidak cukup kita harus menurunkan lebih cepat lagi dan target kita seperti yang saya sampaikan ke menteri kesehatan di 2024 kita harus bisa turun menjadi 14 persen," kata Presiden.
Oleh karena presiden meminta pada Kementerian Kesehatan untuk fokus pada penurunan stunting di 10 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia . Diantaranya yakni NTT, Sulawesi Barat, NTB, Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
"Untuk itu saya juga ingin minta para gubernur, nanti mendagri juga bisa menyampaikan gubernur, bupati, walikota sampai ke kepala desa terutama agar 10 provinsi tersebut agar betul-betul fokus dan konsentrasi untuk penurunan stunting-stunting," katanya.