News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inovasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Modal Besar dalam Industri Pangan

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ravindra Airlangga (tengah) dalam upacara pembukaan 18th Asian Games 2018, 18 Agustus 2018 di Gelora Bung Karno.

TRIBUNNEWS.COM - Kenakeragaman hayati di Indonesia dikenal sangat kaya. Ini menjadi modal besar dalam mendukung komoditas pangan di Tanah Air untuk tumbuh besar bahkan mendunia. Untuk itu diperlukan inovasi agar potensi pangan lokal ini menjadi bisnis besar dan menjanjikan di era digital ini.

Pembahasan ini muncul dalam webinar #FutureFoodDay yang digelar Accelerice pada Senin (24/8/2020) dengan tema Inovasikan Pangan Indonesia untuk menghasilkan FoodTech start-up yang inovatif dan disruptif dengan memanfaatkan komoditas pangan lokal Indonesia.

Sebagai pusat pengembangan bisnis makanan pertama di Indonesia, Accelerice menghadirkan pembicara seperti Prof. Dr. F. G. Winarno (Presiden Codex Alimentarius Commission), Chef William Wongso, Leonard Theosabrata (Direktur Smesco), dan dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Dr. Jerry Sambuaga.

Dalam kesempatan itu, Ravindra Airlangga, ambassador of scholars Indonesia di bagian Food Technology menyatakan pentingnya inovasi dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

“Inovasi di bidang pangan selama ini kurang diperhatikan, meskipun tak kalah pentingnya dengan inovasi di bidang informatika. Accelerice saya lihat menghadirkan wadah bagi golongan inovator pangan untuk mewujudkan karya mereka guna menyelesaikan persoalan genting seperti stunting atau produksi berkelanjutan,” kata Ravindra yang juga menjadi salah moderator webinar tersebut.

Prof. Winarno, yang juga salah satu ahli pangan nasional menyatakan luas Indonesia sendiri hanya 1,5 persen daratan di dunia. Namun Indonesia memiliki 17 persen dari keanekaragaman hayati yang ada di dunia.
“Kekayaan plasma nutfah Indonesia itu sangat besar, namun belum bisa kita nikmati karena banyaknya alasan. Untuk itu perlu adanya banyak badan riset agar itu bisa diberdayakan untuk kemakmuran bangsa,” kata Prof. Winarno.

Sementara Chef William Wongso yang selama dikenal sebagai salah satu master chef masakan lokal Indonesia menyatakan perlunya profile rasa lokal Indonesia diperkenalkan ke luar negeri.
“Profil rasa Indonesia itu sangat berbeda dengan tempat atau negara lain karena bumbu lokal itu berbeda satu tempat dengan yang lain, begitu pula cara masaknya,” ujar William Wongso.

Profil rasa lokal ini muncul dari keanekaragaman hayati yang dimiliki daerah-daerah Indonesia. “Ini harus dipertahankan,” kata William Wongso jika kaum milenial ingin mengembangkan bisnis kuliner dengan cita rasa asli daerah di Nusantara.

Kondisi ini memang membuat sulit mewujudkan Indonesian Culinary atau Kuliner Indonesia dengan satu rasa. “Biarlah kuliner lokal itu tumbuh dengan ciri khasnya masing-masing. Local Wisdom ini jauh lebih penting,” ungkap Winarno, tentang adanya usaha membuat kuliner khas Indonesia.

Plasma Nutfah Indonesia, menurut Winarno sangat penting untuk terus dipertahankan. “Bumbu-bumbu lokal itu sudah tumbuh dengan lingkungannya sendiri, maka biarlah di sana rempah-rempah itu menjadi kekayaan lokal masing-masing,” kata Winarno yang diamini pula oleh William Wongso.

Lewat kekayaan hayati lokal, terutama rempah-rempah ini, Indonesia pernah menjadi terkenal dan incaran banyak negara, terutama dari Eropa. Jika kaum milenial saat ini mampu mengembalikan kejayaan seperti masa lalu, maka rempah dan pangan lokal ini bisa kembali mendunia seperti dulu. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini