Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Guru Besar UIN Jakarta dan Budayawan, Komaruddin Hidayat mengatakan presiden mendatang harus memiliki visi dan strategi untuk menggagas dan merancang Indonesia 2045.
"Siapapun yang jadi presiden harus cerdas, harus punya masukkan bagaimana mengidentifikasi aset-aset bangsa untuk desain masa depan, konsepnya, departemennya, keuangannya," ujar Komaruddin Hidayat dalam Webinar "Menuju Seabad Kita Merdeka: Menggagas dan Merancang Indonesia 2045, seperti disiarkan di Channel Youtube Budaya Saya, Selasa (25/8/2020).
Menurut dia, presiden mendatang harus benar-benar bisa melakukan akselerasi membangun negara.
Akselerasi itu kata dia, hanya bisa dilakukan jika presiden mendatang mampu menyelamatkan aset penting bangsa.
Baca: Pemerintah Dinilai Perlu Adopsi Pembangunan Berkelanjutan untuk Pulihkan Ekonomi
Aset bangsa itu diantaranya adalah sumber daya manusia, khususnya generasi muda bangsa.
Dia mencontohkan, hal yang pernah dilakukan Kementerian Agama di masa orde baru yang di era reformasi sudah tidak dilanjutkan lagi.
Yakni, tatkala Kementerian Agama menyusun kurikulum dan melakukan kaderisasi dengan memberikan beasiswa ke luar negeri untuk belajar ilmu-ilmu sosial, hak asasi manusia, demokrasi dan lainnya.
Anak muda bangsa itu akan menjadi juru bicara-juru bicara gerakan-gerakan modernitas, hak asasi manusia, bagi bangsa ini pada 2045.
Baca: Beroperasinya Tol Banda Aceh-Sigli Diharapkan Membangkitkan Ekonomi Aceh
Dengan begitu kata dia, tidak akan ada rasa khawatir akan masa depan negara pada seabad Indonesia merdeka.
Kalau tidak demikian yang dilakukan presiden mendatang, maka kata dia, akan banyak ongkos yang harus dihabiskan negara ini di masa mendatang.
Apalagi mengingat sekarang ini, imbuh dia, instrumen mesin-mesin birokrasi negara itu dikoptasi partai politik yang dinilainya tidak punya visi Indonesia 2045.
"Semua di kavling-kavling pada parpol yang mereka tidak punya visi bagaimana mendesain Indonesia tahun 2045. Mereka hanya bicara dari Pilkada ke Pilkada, Pemilu ke pemilu," ucapnya.
"Jadi apa yang kita pikirkan ini mestinya juga menjadi satu agenda para politisi untuk mendesain ke depan," jelasnya.(*)