News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masalah Ekonomi Masih Menjadi Ancaman Utama Indonesia Setelah 75 Tahun Merdeka

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rico Marbun dalam tayangan YouTube Talk Show tv One, Senin (16/12/2019). Rico Marbun buka suara soal peluang Gibran di Pilkada 2020.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah ekonomi seperti terjadinya krisis masih dianggap ancaman oleh sebagian besar publik setelah 75 tahun kemerdekaan Indonesia.

Hal itu terungkap dari hasil survei terbaru Lembaga Media Survei Nasional (Median) bertema “Persepsi dan Harapan Masyarakat Indonesia Setelah 75 Tahun Merdeka". 

Peneliti Median, Rico Marbun mengatakan bahwa survei ini dilakukan dengan mewawancarai responden di 17 kota besar se-Indonesia melalui telepon.

"Kami tanyakan kepada publik, tolong anda sebutkan apa yang menjadi ancaman setelah 75 tahun Indonesia merdeka. Ternyata, sebagian besar menjawab bukan ancaman militer, namun ancaman non militer, yaitu krisis ekonomi yang menempati urutan nomor satu yaitu 13,4 persen," katanya, Jumat (28/8/2020). 

Baca: Pelaku Ekonomi Kreatif Diajak Gunakan Batik di Setiap Karyanya

Menurut Rico, krisis ekonomi dianggap publik sebagai ancaman nomor satu, tidak terlepas dari kondisi pandemi covid-19 saat ini yang tidak saja menjadi masalah kesehatan, namun juga berdampak pada problem ekonomi. 

Setelah ekonomi, Rico menambahkan bahwa publik masih melihat komunisme sebagai ancaman.

Walau angkanya relatif jauh dari ancaman ekonomi, namun komunisme masih menduduki urutan kedua dari segi ancaman.

Baca: Rico Marbun Tertawa Tahu Alasan Orang Pilih Anies Baswedan di Pilpres 2024: Bukan karena Kinerja

"Walaupun komunisme sudah dilarang, namun masih ada 5,2 persen publik yang menyatakan komunisme menjadi ancaman. Di bawah komunisme masih ada beberapa masalah yang dianggap publik sebagai ancaman, seperti tenaga kerja asing 4,7 persen, krisis kepemimpinan 4.3 persen, dan perpecahan 4.3 persen," katanya.

Survei ini dilakukan melalui telpon dilakukan pada 16-21 Agustus 2020.

Sebanyak 466 responden berusia minimal 17 tahun berbasis rumah tangga dipih secara acak bertingkat di 17 kota besar di Indonesia. 

Yaitu Banda Aceh, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Pontianak, Samarinda, Makassar, Manado, Ambon dan Jayapura. 

Jumlah responden ditentukan secara proporsional di setiap kota.

Dengan tingkat kepercayaan 95% & Margin of Error +- 4,5%. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini