"Yang tak kalah penting juga adalah Kementerian Pertanian meminta untuk hulu sampai hilir perlu bentuk korporasi. Sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo kita mulai gandeng mitra perbankan dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Hilirnya bekerjasama dengan swasta sebagai avalis penjamin ketika petani butuh permodalan," jelas Amiruddin.
Ia berharap petani Jabar khususnya Kabupaten Bandung bisa menggaet hilirnya untuk ekspor. Ekspor ubi jalar secara nasional tahun 2020 sampai bulan Juli sebesar 9.000 ton.
"Saya yakin tahun ini bisa melebihi tahun kemarin. Namun perlu dikaji impornya bentuk apa dan itu yang harus kita usahakan bisa sediakan sendiri di dalam negeri," terangnya.
Sebagai catatan Provinsi Jabar berkontribusi sekitar 18 persen dari total ekspor ubi jalar secara nasional.
Tahun ini ada 1.100 ha bantuan budidaya ubi jalar yang dialokasikan untuk Provinsi Jabar.
Rata-rata produktivitas ubi jalar saat ini 20 ton per ha, untuk itu Kementan mendorong peningkatan produktivitas dengan penggunaan varietas unggul.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengapresiasi langkah Kabupaten Bandung melakukan ekspor ubi jalar.
Menurutnya, ubi jalar memiliki pangsa pasar yang bagus untuk ekspor sehingga yang perlu disiapkan adalah kontinuitas produks dan jaminan mutu harus terjaga.
"Seperti kata Pak Gubernur, kalau berorientasi ekspor ya harus dipikirkan kualitas yang bagus. Selanjutnya bentuk korporasi, dengan manajemen yang bagus, gandeng off-taker agar pemasaran terjamin," tegas Suwandi.(*)