News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil Muhyiddin Junaidi, Waketum MUI yang Disebut Calon Ketua Umum MUI Pengganti Ma'ruf Amin

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi di kantor pusat MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020).

TRIBUNNEWS.COM - Nama Muhyiddin Junaidi mencuat sebagai salah satu kandidat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

KH Muhyiddin Junaidi digadang-gadang masuk di antara pilihan mama calon Ketua Umum MUI periode 2020-2025.

Hal itu disebut oleh Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, Masduki Baidlowi seiring pengumuman agenda Musyawarah Nasional (Munas) X MUI yang digelar November mendatang.

Selain kepengurusan, MUI juga akan menentukan Ketua Umum MUI yang sebelumnya diemban Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Tribunnews.com akan mengulas sosok profil KH Muhyiddin Junaidi dirangkum dari berbagai sumber.

Baca: Profil Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU Digadang-gadang Calon Ketua Umum MUI

Baca: Profil Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Disebut Kandidat Ketua Umum MUI

Profil KH Muhyiddin Junaidi

KH Muhyiddin Junaidi saat ini bertugas sebagai Wakil Ketua Umum MUI.

Ia terpilih untuk menggantikan almarhum Yunahar Ilyas pada Januari 2020 lalu.

Sebelum menjabat Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi menjabat Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah.

Dikutip dari takaful.co.id, Muhyiddin Junaidi merupakan lulusan Bahasa Arab dan studi Islam dari Universitas Islam Libya (1980).

Kemudian ia meraih gelar Master Pengajar Bahasa Inggris dari Universitas South Pacific, Fiji (1983).

Sebelum menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) Takaful Keluarga, beliau pernah menjabat sebagai Penasehat Asbisindo wilayah Bogor (2009).

Serta Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia Pusat (2010).

Lalu menjabat sebagai Wakil Ketua Biro Hubungan Luar Negeri dan Kerjasa Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah hingga 2015.

Munas X MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) X pada 25-28 November mendatang di Hotel Sultan Jakarta.

Satu agenda dalam Munas tersebut adalah memilih kepengurusan baru MUI Pusat untuk periode tahun 2020-2025.

Di antaranya memilih Ketua Umum MUI yang sebelumnya diemban Wakil Presiden RI Maruf Amin.

Lantas siapa saja kandidat pengganti Ma'ruf Amin?

Baca: MUI Cari Pengganti Maruf Amin November

Melalui pesan WhatApps, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi menuturkan terdapat sejumlah nama yang menjadi kandidat Ketua Umum MUI untuk 5 tahun ke depan.

Nama-nama tersebut berasal dari Internal MUI sendiri maupun ormas seperti PBNU.

"Banyak nama kandidatnya. Ada Kiai Miftahul Akhyar yang sekarang Rais Aam PBNU. Ada beberapa lain seperti Kiai Muhyiddin Junaidi Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), maupun Kiai Nazaruddin Umar," kata dia, Rabu (16/9/2020).

Diketahui, Maruf Amin sebelumnya terpilih menjadi ketua umum MUI pada munas IX tahun 2015 lalu di Surabaya.

Baca: Kejanggalan Penikaman Syekh Ali Jaber, Sekjen MUI: Anak TK Saja Tahu

Setelah terpilih mendampingi Presiden Jokowi, jabatan Ketua Umum MUI pun menjadi non-aktif.

Pelaksanaan Munas akan menerapkan protokol kesehatan.

Nantinya, kegiatan Munas akan dihadiri oleh 350 orang, terdiri dari utusan pengurus MUI di tingkat wilayah atau provinsi, lalu ketua pimpinan harian MUI, ketua Dewan Pertimbangan MUI, wakil dan sekertaris MUI ,utusan ormas, perguruan tinggi, pesantren dan para ketua komisi dan sekertaris komisi MUI.

Baca: Kutuk Kasus Penikaman Syekh Ali Jaber, Sekjen MUI : Itu Musuh Kedamaian dan Perusak Persatuan

Semua peserta sudah dilakukan swab PCR di daerah masing-masing, dan hasilnya sudah diperoleh panitia sehari sebelum peserta berangkat ke Jakarta.

Selain itu, saat peserta tiba di Hotel Sultan, panitia sudah mengatur agar satu peserta menempati satu kamar.

Ruang makan para tamu peserta Munas X MUI akan dilayani oleh petugas hotel dengan protap protokol kesehatan yang tertib dan ketat.

Tata cara pemilihan ketua dalam Munas juga dirancang menggunakan sistem formatur, serta kegiatan dikemas efektif dan efisien.

Satgas Covid-19 Siap Bantu Penerapan Protokol Kesehatan

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan Munas MUI yang akan digelar pada November mendatang harus mengikuti protokol kesehatan secara ketat.

Hal itu disampaikan Doni Monardo dalam audiensi virtual yang digelar, Jumat (11/9/2020).

“Ini bukan fatwa ya... Tapi, moment Munas MUI bisa kita jadikan role model bagi organisasi-organisasi lain yang hendak mengadakan hajat besar organisasi.” kata Doni Monardo dikutip dari siaran pers BNPB, Jumat (11/9/2020).

Baca:Pasien Covid-19 Sembuh di 13 Provinsi Indonesia Ini Melebihi Temuan Kasus Baru Positif Corona

Menurut Doni berhubung Munas MUI digelar dalam suasana pandemi, maka tak ada tawar-menawar, protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat.

Semua peserta, tanpa kecuali, harus memakai masker dan face shield, jaga jarak, dan cuci tangan memakai sabun.

Baca:Soal Penyelenggaraan Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19, KPK Rekomendasikan E-Voting

Selain itu, ruang berkapasitas 1.000 itu, maksimal hanya boleh dihadiri 500 orang atau sepertiga kapasitas.

Doni mengatakan Satgas Covid-19 akan membantu pelaksanaan protokol kesehatannya.

Bagi Doni, sukses Munas MUI dengan protokol kesehatan, akan menjadi benchmark bagi organisasi lain saat menggelar acara akbar semacam Munas atau Kongres.

Bantuan yang disiapkan Satgas Covid-19 antara lain dalam bentuk penjemputan delegasi Munas dari dan ke Bandara bagi yang menggunakan pesawat terbang.

Lalu penyiapan tes PCR bagi peserta. Yang tak kalah penting, menyiapkan fasilitas video-conference berikut penayangan live streaming yang bisa diikuti peserta dan anggota MUI di mana pun berada, baik di Indonesia maupun yang ada di belahan negara lain.

Baca:Pandemi Covid-19 Jadi Momentum Literasi dan Percepatan Transformasi Digital

Kepada panitia Munas MUI, Doni tak lupa mengingatkan hal-hal kecil yang terkadang diabaikan, atau tidak terpikirkan.

Misalnya, selama pelaksanaan Munas di dalam ruang, peserta tidak diperkenankan makan dan minum.

Sebab, itu artinya harus membuka masker. Mekanisme makan bisa diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan peserta bergerombol atau berdekat-dekatan satu sama lain.

"Setiap meja harus ada hand sanitizer dan tissue basah. Tiap peserta akan mendapat jatah masker," katanya.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Rina Ayu)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini