Dia mengatakan, banyak kebijakan PBB yang nyatanya tak dijalankan secara maksimal. Masih banyak yang abai dengan batas-batas yang dibuat untuk persatuan dan kesejahteraan seluruh negara di dunia.
"Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hokum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Kita semua prihatin melihat situasi ini," tuturnya.
Bahkan saat ini, kata dia, terjadi rivalitas antar negara dalam penanganan corona. Di saat seharusnya seluruh negara bersatu melawan pandemi.
"No one is safe until everyone is. Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir, pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil dan sejahtera semakin sulit diwujudkan," tuturnya.
Jokowi pun meminta PBB berbenah diri. Hal ini karena dunia sedang menghadapi banyak tantangan termasuk pandemi virus corona.
“Melihat situasi dunia saat ini, izinkan saya sampaikan beberapa pemikiran. Pertama PBB harus senantiasa berbenah diri, melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi,” kata Jokowi.
“PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers termasuk saat terjadi krisis,” lanjutnya. Presiden juga menambahkan bahwa PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global yang terjadi saat ini.
“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif, sejalan dengan tantangan zaman, lanjut Jokowi.
Selama menjabat sebagai Presiden RI sejak 2014, ini adalah kali pertama Jokowi menyampaikan dalam Sidang Umum PBB. Pada periode pertama Jokowi menjabat presiden, biasanya yang hadir adalah Wapres Jusuf Kalla.
Bahasa Indonesia
Mengenai alasan Presiden Jokowi menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya, Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono mengatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia sudah tepat untuk menjunjung tinggi bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia.
"Alasannya ya kan pertama memang lebih bagus Bahasa Indonesia toh di sana di sana disiapin translator, semua negara ya. Ada Inggris, Prancis ada bahasa Arab begitu kan," kata Heru.
Heru juga mengatakan, para pemimpin negara yang mendengar pidato Presiden Jokowi tak keberatan karena mereka memiliki penerjemah sendiri.
"Jadi bahasa tak jadi kendala kan sudah pakai headset masing-masing ya. Kedua, kita kan negara besar juga ya. Yang berikutnya lebih baik bahasa Indonesia sehingga mereka bisa menerjemahkan dengan pas begitu," ucap Heru.