TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengakui upaya pemulangan pekerja migran yang mengalami permasalahan di luar negeri menemukan banyak tantangan.
Selain memastikan pemenuhan seluruh hak-hak ketenagakerjaannya, keterbatasan penerbangan juga menjadi tantangan yang cukup besar.
“Meskipun demikian, Alhamdulillah Perwakilan RI telah berhasil memulangkan para pekerja migran kita ke tanah air,” kata Menlu dalam konferensi pers daring Rabu (30/9/2020).
Namun pihaknya di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) maupun para perwakilan RI telah melakukan sejumlah repatriasi kepada para PMI yang di luar negeri.
Baca: Proses Identifikasi Rampung, Menlu Retno Minta Kasus 7 WNI Tenggelam di Johor Bahru Diusut
Diantaranya yang disebutkan Menlu adalah pemulangan 60 PMI dari Damaskus, Suriah pada tanggal 28 September 2020.
Menlu berujar 60 PMI tersebut diduga merupakan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
“Kemlu telah berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk mendorong penegakan hukum kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab,” katanya.
Pada tanggal 29 September 2020, Kemlu RI juga berhasil memulangkan 2 nelayan tradisional WNI asal Kepulauan Riau yang terdampar di Malaysia karena kerusakan mesin perahu
Keduanya berhasil difasilitasi kepulangannya dari Johor ke Batam.
Sementara Itu, pada tanggal 1 Oktober 2020, direncanakan akan dipulangkan 51 nelayan tradisional WNI asal Aceh dari Songkhla, Thailand.
Serta direncanakan akan dipulangkan 18 ABK WNI yang stranded di Fiji Pada tanggal 4 Oktober mendatang.
Pada tanggal 25 September, Retno berujar KBRI New Delhi dan KJRI Mumbai juga berhasil memulangkan 15 jamaah tabligh WNI.
Dengan demikian, total 530 JT telah dipulangkan ke tanah air. Sedangkan untuk 221 lainnya sedang diupayakan terus pemulangannya.
“Insha Allah, kita akan kembali memulangkan JT dari India pada tanggal 5 Oktober mendatang. Jumlah pastinya masih menunggu proses administrasi dari berbagai otoritas di India,” kata Menlu.
Menlu Retno mengatakan Kemlu dan Perwakilan RI akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi kepulangan para WNI dan PMI yang stranded di berbagai lokasi di dunia.
Meskipun hal itu dilakukan di tengah kesulitan mendapatkan akses penerbangan internasional.