TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan kepada masyarakat untuk mewaspadai fenomena La Nina.
Lantas apa yang dimaksud dengan La Nina? Apa bedanya dengan El Nino?
"La Nina itu sederhananya lawan atau kontradiksi dari El Nino," ungkap Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari, saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (3/10/2020).
"Secara umum kita sebut El Nino-Southern Oscillation (ENSO)," imbuh Indra.
Indra menyebut, ENSO adalah fenomena global dan tidak hanya Indonesia yang merasakan dampaknya.
"Jadi itu adalah hasil dari interaksi laut dan atmosfer, tidak hanya cuacanya," ujar Indra.
Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Senin 5 Oktober 2020, Potensi Hujan Lebat di Sejumlah Provinsi Indonesia
Untuk mengenali fenomena baik El Nino maupun La Nina, Indra menyebut digunakan anomali suhu permukaan laut di wilayah ekuator pasifik tengah, yang letaknya di sebelah timur Indonesia.
"Jika anomali suhu di perairan tersebut minus di bawah -0,5 derajat celcius, disebut La Nina. Kalau positif di atas +0,5 derajat celcius disebut El Nino," ungkapnya.
Indra menyebut fenomena tersebut berpengaruh pada sirkulasi udara.
"Pada saat La Nina konsentrasi pertumbuhan awan dan hujan bergeser ke Indonesia dan sekitarnya, yang menyebabkan meningkatnya curah hujan," ungkap Indra.
"Sebaliknya kalau El Nino pusat konsentrasi pertumbuhan awan dan hujan bergeser ke timur, sehingga hujan di daerah kita berkurang," imbuhnya.
Baca: Soal Munculnya Awan Hitam Seperti Ombak di Banten, BMKG Imbau Masyarakat Tak Panik
Secara sederhana, Indra menyebut, fenomena La Nina meningkatkan curah hujan di Indonesia.
Sedangkan El Nino dapat mengurangi curah hujan di Indonesia.
"Namun perlu dilihat luas wilayah Indonesia sangat besar, sehingga pengaruh La Nina akan berbeda-beda di masing-masing daerah," ungkapnya.
Baca: BMKG Sebut Ada La Nina di Samudera Pasifik, Curah Hujan di Indonesia Diperkirakan Meningkat 40 %